APBN Surplus dan Momentum Pemulihan Ekonomi

MONITORDAY.COM - Momentum pemulihan ekonomi semakin terasa sekaligus harus dijaga dan dimanfaatkan seoptimal mungkin. Di saat dunia masih menghadapi upaya mengakhiri pandemi dan mencari solusi konflik Ukraina-Rusia, Indonesia berada dalam situasi yang menguntungkan dalam beberapa aspek.
Catatan makro ekonomi menunjukkan harapan cerah di tahun 2022 ini. Meski sejumlah tantangan seperti inflasi, kelangkaan dan kenaikan harga sejumlah komoditas, dan masalah ekonomi lainnya. Monitorday merangkum sejumlah catatan penting terkait perbaikan ekonomi dan tantangannya berikut ini.
#1. Pemerintah telah meminta dan mengarahkan seluruh asosiasi pengusaha untuk memberikan tunjangan hari raya (THR) kepada pekerjanya masing-masing. buruh berkontribusi membuat perekonomian Indonesia pada 2021 semakin membaik dengan pertumbuhan sebesar 3,69 persen (yoy).
#2. Ekspor Indonesia pada Januari 2022 kembali mencatatkan performa impresif setelah menunjukkan pertumbuhan sebesar 25,31% (yoy), sehingga ekspor Januari 2022 menjadi sebesar US$19,16 miliar. Neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada Februari 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, surplus neraca perdagangan mencapai 3,83 miliar dollar AS. Surplus neraca perdagangan terjadi lantaran nilai ekspor masih lebih besar ketimbang nilai impor. Tercatat sepanjang Februari 2022, ekspor mencapai 20,46 miliar dollar AS atau naik 34,14 persen secara tahunan (year on year/yoy).
#3 Faktor utama yang menjaga kinerja positif ini adalah ekspor komoditas andalan Indonesia yang tetap solid di tengah tren kenaikan harga yang masih berlangsung di beberapa komoditas, terutama pada harga komoditas minyak kernel yang meningkat sebesar 17,96% (mtm), nikel meningkat sebesar 11,69% (mtm), dan aluminium meningkat sebesar 11,52% (mtm).
#4 Hilirisasi pada komoditas-komoditas menjadi determinan utama peningkatan nilai tambah ekspor Januari 2022. Kebijakan ini membuktikan bahwa Indonesia mampu mengolah sumber daya yang selama ini diekspor dengan memberikan nilai tambah sekaligus mampu membuka lapangan kerja di dalam negeri. Indonesia harus semakin mandiri dan tidak bergantung sepenuhnya pada penerimaan negara dari industri ekstraktif utamanya pertambangan.
#5. Ekonom INDEF Eisha Rachbini mengatakan Indonesia menguasai 40 persen atau US$70 miliar atau setara Rp1.003 triliun (asumsi kurs Rp14.345 per dolar) ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara. Menurutnya, ekonomi digital Indonesia menguasai porsi terbesar di antara negara-negara Asia Tenggara lain.
Lima catatan di atas memberi optimisme baru bagi Indonesia memasuki kuartal kedua 2022. Di saat yang sama masyarakat sedang mempersiapkan diri menyambut momentum Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang memberi peluang dan daya ungkit bagi ekonomi nasional.