Apa Arti ‘Cancut Taliwondo’ yang Diucapkan Mendikbud di Hardiknas 2017?
Dalam bahasa Jawa, cancut berarti menyingsingkan baju.
Redaktur MMG
MONDAYREVIEW.COM – Setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Hal itu sebagai apresiasi terhadap Ki Hadjar Dewantara yang telah berperan dalam ranah pendidikan. Seperti diketahui Ki Hadjar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889.
Pada Hardiknas tahun 2017 diperingati dengan menggelar upacara bendera di halaman Kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy bertindak sebagai Inspektur Upacara dengan menggunakan pakaian adat khas Jawa. Para pejabat dan pegawai Kemendikbud pun berpakaian adat untuk memeriahkan peringatan Hardiknas. Siswa dari SMAN 3 Jakarta, SMAN 39 Jakarta, SMAN 49 Jakarta, dan SMK Musik Perguruan Cikini didaulat menjadi paduan suara di peringatan Hardiknas tersebut.
Tak hanya upacara bendera, seperti dilansir situs Kemdikbud, acara Merayakan Guru Bangsa dihelat di Plaza Insan Berprestasi. Sementara Festival Kuliner Nusantara dapat dinikmati secara cuma-cuma oleh para pegawai Kemdikbud di wilayah Kantor Kemendikbud. Pameran foto pendidikan juga digelar di gedung Ki Hadjar Dewantara dan gedung C Setjen Kemendikbud yang menampilkan foto-foto sejarah pendidikan di masa Ki Hadjar Dewantara hingga kondisi kekinian.
Ada pun di Hardiknas 2017 yang memiliki tema “Percepatan Pendidikan yang Merata dan Berkualitas”, Mendikbud Muhadjir Effendy mengajak peran serta berbagai elemen bangsa untuk menggerakkan reformasi pendidikan nasional.
“Mari kita “Cancut Taliwondo” demi segera terwujudnya pendidikan berkualitas yang merata di seluruh Indonesia,” kata Mendikbud Muhadjir Effendy di halaman Kantor Kemendikbud, Jakarta, Selasa (2/5).
Istilah cancut taliwondo sendiri berasal dari bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa, cancut berarti menyingsingkan baju. Cancut Taliwondo memiliki arti bersegera berangkat mengerjakan tugas. Secara filosofis, cancut taliwondo memiliki makna ikut bekerja sama dengan segenap kemampuan yang dimiliki, dan tidak hanya berpangku tangan. Pendidikan membutuhkan partisipasi dan kontribusi semua pihak.
