Akademisi: Keterwakilan Perempuan di Kepolisian Masih Rendah

Institusi kepolisian harus lebih banyak merekrut perempuan (Polwan) sebagai anggota.

Akademisi: Keterwakilan Perempuan di Kepolisian Masih Rendah
Akademisi Universitas Muhammadiyah Madiun, Arifah Rachmawati saat menyampaikan pemaparannya dalam dalam diskusi virtual Kopi Pahit, bertajuk "Polwan Berdaya Perempuan Merdeka", pada Ahad (13/9/20).

MONITORDAY.COM – Akademisi Universitas Muhammadiyah Madiun, Arifah Rachmawati menilai jumlah keterwakilan perempuan di institusi kepolisian masih terbilang rendah. Menurutnya, jika dibanding institusi lain seperti lembaga legislatif (DPR), keterwakilan perempuan di kepolisian masih sangat sedikit.

“Kalau kita melihat pada angka keterwakilan perempuan di kepolisan masih sangat sedikit. Berbeda dengan DPR, jumlah keterwakilan perempuannya jauh dari lebih besar,”  kata Arifah dalam diskusi virtual Kopi Pahit, bertajuk "Polwan Berdaya Perempuan Merdeka", pada Ahad (13/9/20).

Arifah kemudian menjelaskan, secara teoritis ada tiga hal persoalan yang membuat tingkat keterwakilan dan partisipasi perempuan dalam institusi kepolisian menjadi rendah.

Pertama, persoalan kemampuan.

“Saya kira kalau melihat angka statistik, jumlah perempuan yang lulus SMA masih jauh lebih sedikit dari laki laki. Ini jadi persoalan apakah kemampuan itu ada. Tapi saya kira menarik, angka statistik di perguruan tinggi justru lebih tinggi lulusan perempuan daripada laki-laki. Nah, dari data stasistik ini barangkali yang perlu dilihat kepolisian merekrut lulusan universitas dan dari skil ini tentu lebih baik dari lulusan SMA,” ungkapnya.

Persoalan selanjutnya, lanjut Arifah, adalah persoalan peluang dan ketiga, soal kepercayaan diri. Ia menilai, peluang dalam konteks ini sebenarnya sudah dibuka oleh institusi kepolisian namun persoalnya peluang itu tak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.

“Peluang itu bukan soal political will saja, tapi apakah masyarakat kita mampu memanfaatkan peluang itu,” ujarnya.

Karena itu, Arifah sangat mendorong agar jumlah polisi perempuan (Polwan) di institusi kepolisian jauh lebih banyak.

Menurutnya, dibutuhkan feminimitas yang lebih besar dari pada maskulinitas dalam kinerja seorang kepolisian dalam mengayomi masyarakat. Hal ini dikatakan Arifah menjadi sangat penting, sehingga institusi kepolisian harus lebih banyak merekrut perempuan sebagai anggotanya.

“Hal-hal seperti ini saya kira harus dikejar kepolisian sehingga kinerjanya benar-benar dirasakan masyarakat dan lebih efektif,” tandasnya.