Ahok-Djarot Bisa Menang di Putaran Kedua, Karena…
Jika partai-partai yang menyokong AHY-Sylviana mengalihkan dukungannya pada Anies-Sandiaga di putaran kedua akankah suaranya pun demikian?

MONDAYREVIEW.COM – Pilkada serentak dihelat pada Rabu ini (15/2). Dari berbagai daerah yang melakukan pilkada, DKI Jakarta menjadi episentrum yang paling banyak mendapatkan perhatian. Baik secara pemberitaan, para politikus skala nasional hingga masyarakat banyak memantau siapa kiranya yang akan memenangkan pemilihan di Ibu Kota RI.
Seperti diperkirakan semula, Pilkada DKI Jakarta akan berlangsung 2 putaran. Dari hasil quick count berbagai lembaga survei, pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga menempati peringkat 2 teratas. Sementara AHY-Sylviana harus angkat koper dengan menempati posisi buncit.
Secara sederhana, dengan mengerucutnya kontestasi pada Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga, perkiraan “rebound” suara AHY-Sylviana akan lebih banyak diterima kandidat yang diusung Gerindra dan PKS. Sehingga secara sederhana Anies-Sandiaga akan memenangkan putaran kedua Pilkada DKI Jakarta. Namun, politik tidaklah sesederhana itu. Hingga bulan April nanti (putaran kedua) laju politik bisa begitu dinamis dan diwarnai sejumlah intrik dan gempa politik. Maka bisa jadi Ahok-Djarot memenangkan putaran kedua Pilkada DKI Jakarta dikarenakan sejumlah variabel berikut:
Pemotongan motor-motor gerakan demonstrasi
Habib Rizieq, Munarman, Bachtiar Nasir dihadapkan pada tuntutan hukum. Habib Rizieq dengan tuduhan penghinaan terhadap Pancasila, Munarman dengan tuduhan penghinaan terhadap pecalang Bali, Bachtiar Nasir dengan tuduhan penggelapan dana aksi. Indikasi proses hukum yang berjalan menunjukkan sinyalemen ketiga sosok ini semakin terpojokkan. Tak dapat dipungkiri ketiganya merupakan sosok berpengaruh dan motor bagi gerakan aksi demonstrasi 411, 212, 112. Sejumlah gerakan tersebut jelas menjadi antitesa bagi Ahok. Maka “pemotongan” para motor gerakan lewat proses hukum akan mempengaruhi laju gerakan anti Ahok.
Tangan-tangan kekuasaan yang bermain
Dalam konferensi pers pada Selasa (14/2), Susilo Bambang Yudhoyono menandaskan ada keinginan untuk memenangkan salah satu calon dengan berbagai cara. Pernyataan SBY ini layak dialamatkan bagi aktifnya kembali Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta melalui restu Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.
Jika meminjam istilah Anas Urbaningrum, tangan-tangan kekuasaan bisa memukul dengan menggunakan tangan orang lain. Maka dalam durasi hingga April nanti, pasangan Anies-Sandi dan kelompoknya bisa jadi “dipukul” melalui tangan orang lain.
Citra terzalimi, bully berlebihan terhadap Ahok
Jika tim kampanye Ahok-Djarot berhasil mengemas citra terzalimi menjadi momentum, maka kandidat yang diusung PDIP, Partai Golkar, Nasdem, dan Hanura ini bisa jadi tetap leading di putaran kedua. Kalangan umat Islam harus berhati-hati melancarkan serangannya. Menggunakan informasi hoax, lalu bisa ditangkis pasangan Ahok-Djarot atau tim kampanyenya, akan menjadi pukulan bagi pendukung Anies-Sandiaga.
Party ID yang lemah menyebabkan swing voters
Apakah pemilih Anies-Sandiaga akan tetap memilih pasangan tersebut di putaran kedua? Jika partai-partai yang menyokong AHY-Sylviana mengalihkan dukungannya pada Anies-Sandiaga di putaran kedua akankah suaranya pun demikian? Nanti dulu. Dikarenakan party id (keterikatan terhadap partai politik) di Indonesia yang masih lemah, maka keputusan partai politik bisa jadi berbeda dengan kenyataan di kotak suara. Jangan lupakan Ahok sempat melirik menjadi calon independen, sementara partai politik praktis mengekor di popularitas tokoh yang sempat berkiprah di Partai Golkar dan Gerindra ini.
Dalam selang waktu yang masih ada swing voters masih dimungkinkan. Disinilah pasangan Ahok-Djarot bisa menjual karyanya sebagai petahana dan “menggoda” pemilih Anies-Sandiaga, AHY-Sylviana, ataupun penduduk DKI Jakarta yang belum memilih di putaran pertama.