Agar Utang Tak Semakin Menjulang

MONITORDAY.COM - Pandemi memaksa Pemerintah meningkatkan belanja APBN untuk mendongkrak ekonomi. Defisit APBN pun semakin besar dan membutuhkan sumber untuk menambalnya. Salah satunya tentu utang. Ekonom senior Chatib Basri memandang, pembiayaan defisit yang demikian besar bukan hal mudah bagi pemerintah.
Utang merupakan konsekuensi belanja negara yang ekspansif. Dengan adanya pandemi COVID-19 maka pemerintah meningkatkan pengeluarannya untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional baik dari segi sosial, ekonomi maupun kesehatan.
Pemerintah dapat menjalan strategi dalam melakukan manajemen utang seperti mendapatkan sumber pendanaan dengan biaya yang murah, meminimalkan risiko terkait portofolio utang, dan mendukung pengembangan pasar.
Jika terlalu menggantungkan diri pada pasar obligasi domestik, Chatib memperingatkan terjadinya risiko crowding out, yaitu kondisi di mana dana perbankan diserap oleh obligasi pemerintah sehingga perbankan mengalami kesulitan likuiditas.
Sebaliknya, jika pemerintah mengeluarkan obligasi global, bunga obligasi yang mesti ditanggung pun sangat tinggi. Oleh karena itu menurut Chatib, untuk pembiayaan pemerintah, saya mengusulkan kombinasi pembiayaan dari pasar domestik , internasional dan juga multilateral.
Chatib pun menoleh pada pengalaman enam tahun lalu di mana pemerintah Indonesia pernah memiliki fasilitas bernama Deffered Draw Down Option (DDO) yaitu di mana jika bunga obligasi di pasar sangat mahal, pemerintah Indonesia dapat meminjam dari World Bank, ADB, Australia, Jepang dengan bunga yang sangat rendah.