Adu Strategi, Beda Gaya (Bagian 1)
Panglima strategi di pesta demokrasi

MONDAYREVIEW- Di kubu Prabowo-Sandi ada Djoko Santoso dan di kubu Jokowi-Ma’ruf Amin ada Erick Tohir. Pertarungan antara dua kandidat capres-cawapres semakin seru. Adu strategi dan manajemen tim kampanye akan menjadi pembuktian kelihaian masing-masing. Yang satu berlatar belakang ahli strategi militer, yang lain sipil yang berkualifikasi ‘jenderal di lapangan bisnis’.
Djoko Santoso, mantan panglima TNI. Purnawirawan Jenderal bintang empat yang memiliki penguasaan strategi dan pengalaman. Jejaringnya juga luas. Ketegasan dan keluwesannya dalam bertindak diharapkan mampu mendorong nuansa kampanye tenang dan damai. Sebagai purnawirawan, Djoko Santoso tentu mengedepankan prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan bangsa.
Kala berdinas sebagai prajurit TNI, Djoko Santoso mendapat banyak penugasan di bidang intelejen. Ilmu dan pengalamannya tentu akan banyak berpengaruh dalam menakhodai tim kampanye Prabowo-Sandi. Bagaimana membaca peta politik, menyusun strategi untuk pemenangan, dan mengorganisikan sumber daya yang ada di Tim Kampanye Nasional menjadi ajang pembuktian kepiawaiannya.
Ditunjang pula oleh pengalamannya dalam memimpin teritorial. Sebagai Pangdam dan beberapa jenjang kepemimpinan teritorial sebelumnya, Djoko Santoso tentu memiliki bacaan yang cermat dan rinci tentang kondisi sosial-politik dalam masyarakat. Pengalaman teritorial ini juga akan menunjang pencapaian keberhasilannya dalam memenangkan Prabowo-Sandi di Pilpres 2019. Pesta Demokrasi paling seru selama Republik Indonesia berdiri.
Erick Tohir seorang pengusaha muda yang sukses. Memiliki media massa, klub sepakbola Intermilan dan DC United, juga klub basket NBA Philadelphia 76ers. Latar belakangnya sebagai pemilik media diharapkan akan mampu menampilkan kampanye yang bersih dan transparan. Mengedepankan materi positive-campaign dan menghindari kampanye hitam.
Tak dapat dipungkiri bahwa di belakang Erick juga berjajar sejumlah purnawirawan TNI pendukung Jokowi. Artinya kemampuan Djoko Santoso dalam penguasaan medan intelejen dan teritorial tentu akan mendapat lawan yang setara. Posisi Erick lebih dikedepankan dalam menangani manajemen tim kampanye. Sesuatu yang wajar dibebankan ke pundaknya setelah keberhasilannya dalam memimpin INASGOC dan mengharumkan nama bangsa di ajang Asian Games 2018.
Kali ini, Djoko Santoso yang kelahiran Solo harus berada di pihak yang berseberangan dengan Joko Widodo yang berasal dari kota yang sama. Sebagai sesama orang Solo, tentu Djoko akan memahami kekuatan, filosofi, dan gaya yang menjadi kunci kemenangan Jokowi dalam Pilpres lalu. Maka, pada partai tanding ulang ini orang Solo berkontribusi dalam proses demokrasi di tanah air sebagai capres dan ketua tim kampanye. Walau di dua pihak yang berbeda.