80 Persen Orang Tua Inginkan PTM Terbatas, Begini Pesan Nadiem

MONITORDAY.COM - Sekitar 80 persen orang tua siswa menginginkan pembelajaran tatap muka(PTM) terbatas untuk anak-anaknya.
Demikian hal itu diungkapkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim sebagaimana dikutip redaksi dari laman resmi Kemdikbud (18/10/2021).
Berdasarkan data tersebut, banyak pihak menyadari untuk segera mengurangi dampak permanen dari krisis pembelajaran dampak pandemi. Namun hingga saat ini baru 55 persen sekolah yang membuka PTM terbatas.
Oleh karena itu, Mendikbud menyampaikan, untuk mendukung PTM Terbatas perlu peran orang tua sebagai garda terdepan dalam menjaga kesehatan dan pendidikan anak-anak.
"Orang tua adalah garda depan (pemenuhan) kesehatan dan pendidikan bagi anak-anaknya. Mereka harus berperan aktif agar sekolah disiplin menjalankan protokol Kesehatan (prokes)," ujar Nadiem.
Meski demikian, Nadiem menegaskan, seluruh elemen seperti orang tua, guru, tenaga pendidik, dan masyarakat lain di sekolah harus mengikuti aturan yang berlaku dalam melakukan pembelajaran tatap muka.
"Semua peraturan dan SOP sudah jelas tinggal ikuti aja di SKB 4 menterinya. Tidak zaman lagi menutup sekolah, kecuali ada kemungkinan penularan. Tapi saat ini kemungkinan masih sangat kecil. Semua pengendalian dan kontrolnya ada di situ," tegasnya.
Ia juga menjelaskan, bila Kemendikbud Ristek dan Kemenkes telah berkolaborasi dalam program sekolah tatap muka. Nantinya, Kemenkes akan melakukan riset terkait risiko pada sekolah tatap muka.
"Ada inisiatif dari Kemenkes untuk melakukan sampling dari sekolah-sekolah. Memang ada peningkatan resiko tapi harus pakai data. Kadang penularannya bukan dari PTM-nya tapi dari asrama yang ada di sekolah atau siswanya yang lagi kumpul-kumpul," tutur Nadiem.
Sementara itu, terkait kekhawatiran adanya klaster sekolah, Dirjen Paud Dikdas Dikmen Kemendikbud Ristek, Jumeri menerangkan, sejak awal pandemi tahun 2020 lalu hingga saat ini, ada sebanyak 45.284 atau 97,2% satuan pendidikan terlapor aman menjalankan PTM Terbatas.
Dari total 46.580 satuan pendidikan yang telah melaksanakan PTM Terbatas, jumlah laporan dari satuan pendidikan terkait penularan Covid-19 di satuan pendidikan relatif kecil yaitu 2,8% atau 1.296.
"Protokol terkait risiko klaster sekolah ini juga sudah jelas dan ketat diatur di dalam SKB 4 Menteri, termasuk di dalamnya pemerintah daerah menutup sekolah, menghentikan PTM Terbatas, melakukan testing, tracing, dan treatment jika ada temuan kasus positif Covid-19," jelas Jumeri.
Maka dari itu, pemerintah tidak menyamaratakan berbagai wilayah untuk melaksanakan PTM. Sekolah akan tetap melayani murid sesuai dengan kesanggupannya untuk bisa mengikuti model pembelajaran yang sesuai, baik itu PTM Terbatas dan PJJ.
"Anak-anak bisa tetap belajar dari rumah jika orang tua belum yakin dan belum memberikan izin untuk mengikuti PTM Terbatas. Saya tekankan bahwa tidak ada proses menghukum dan diskriminasi bagi anak-anak yang belajar dari rumah," tandas Jumeri.
Dia pun berharap ke depan akan terus dilakukan kerja sama yang efektif antara guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas sekolah, serta orang tua agar bisa menyukseskan implementasi PTM terbatas.