‘Ghost in the Shell’, Fakta Palsu, dan Para Teroris
Bayangkan kiranya jika kita bertindak, berpikir, berbuat berbasiskan fakta palsu tersebut.

MONDAYREVIEW.COM – Film Ghost in the Shell sedang ditayangkan di sejumlah bioskop Indonesia. Film yang dibintangi oleh Scarlett Johansson ini ternyata jika ditarik dengan kondisi sosial dapat tepat juga sebagai perenungan.
Dikisahkan Mayor (Scarlett Johansson) merupakan hasil dari penemuan teknologi yakni berada di tubuh sibernetika dengan otak manusia. Ingatan yang dipercaya oleh Mayor yakni orang tua dan dirinya diserang oleh teroris ketika melakukan migrasi. Dengan ingatan tersebut, Mayor memiliki semangat lebih untuk menghadapi para teroris.
Namun, ternyata ingatan itu adalah fakta palsu yang ditanamkan oleh perusahaan Hanka Robotics. Dalam konteks ilmu sosial, fakta palsu sendiri kerap hilir mudik. Secara sederhana kita mengenalnya sebagai hoax. Bayangkan kiranya jika kita bertindak, berpikir, berbuat berbasiskan fakta palsu tersebut. Maka alangkah bisa kelirunya tindakan dan pikiran yang dihasilkan.
Di film Ghost in the Shell juga dipersepsikan Kuze sebagai teroris. Namun, nyatanya Kuze merupakan hasil eksperimen yang gagal yang dilakukan Hanka Robotics. Justru Hanka Robotics yang telah offside dalam melakukan tindakan eksperimen dan berusaha mengusai dengan lebih besar. Pihak perusahaan Hanka Robotics berusaha untuk mempersepsikan si orang jahat adalah Kuze, sementara mereka adalah orang baiknya.
Dalam konteks sosial, label siapa yang jahat dan baik pun bisa jadi keliru. Persepsi dan informasi yang tepat kiranya untuk mengklasifikasikan hal tersebut. Dan jangan lupakan pula area abu-abu, dimana kejahatan dan kebaikan dapat berbaur dalam satu sosok.