WHO: Sulit Memprediksi Kapan Virus Corona Akan Selesai

Masih ada jalan sangat panjang untuk dunia bisa kembali ke normal. Karenanya, negara-negara dunia harus tetap berada di jalur penanganan yang telah dibuat WHO.

WHO: Sulit Memprediksi Kapan Virus Corona Akan Selesai
Ilustrasi foto/(shutterstock)

MONITORDAY.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, akan sulit memprediksi virus corona jenis baru (Covid-19) akan selesai diatasi masyarakat dunia. Bahkan kemungkinan tidak akan pernah hilang dan penduduk Bumi harus belajar untuk hidup dengannya.

Direktur Darurat WHO, Michael Ryan, mengingatkan, ketika negara-negara di dunia mulai melonggarkan lockdown atau pembatasan sosial, maka harus diwaspadai gelombang kedua, karena menurunya angka terjangkit bukan berarti virus telah hilang dari suatu tempat.

"Kita mendapati virus baru masuk ke populasi manusia untuk pertama kali dan oleh karena itu, sangat sulit untuk memprediksi kapan kita akan mengatasinya," ujarnya, dilansir Channel News Asia, Kamis (14/5).

Ryan mengatakan, bahwa masih ada jalan sangat panjang untuk dunia bisa kembali ke normal. Dia bersikeras menyatakan bahwa negara-negara dunia harus tetap berada di jalurnya.

"Virus ini mungkin menjadi virus endemi lainnya di dalam masyarakat dan virus ini mungkin tidak akan pernah hilang," ujarnya.

"Ada beberapa pemikiran ajaib yang muncul bahwa lockdown berhasil dengan sempurna dan membuka kembali lockdown akan berjalan baik. Keduanya sama-sama dipenuhi banyak bahaya," kata Ryan.

Sebelumnya, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengingatkan mengingatkan bahwa wabah Covid-19 masih akan berlangsung lama menjangkit negara-negara dunia.

Hal ini berdasarkan data bahwa kebanyakan negara saat ini masih berada dalam tahap awal pandemi. Selain itu, negara-negara yang terdampak awal-awal saat ini mulai bermunculan kasus-kasus baru.

"Kita masih harus menempuh jalan panjang. Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama," ujarnya.

Ia menyebutkan bahwa sebagian besar negara di Eropa Barat sebarannya tampak stabil bahkan penurunan. Namun yang mengkhawatirkan adalah yang terjadi di Afrika dan Amerika, dan sebagaian besar wilayah eropa yang lain.

"Meski angkanya rendah, kami melihat tren kenaikan yang mengkhawatirkan di Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, serta Eropa timur," jelas Tedros.