Upaya Pencegahan Kepunahan, KKP Dorong Riset Budi Daya Komoditas Teripang Pasir

Upaya Pencegahan Kepunahan, KKP Dorong Riset Budi Daya Komoditas Teripang Pasir
Istimewa

MONITORDAY.COM - Dalam upaya pencegahan kepunahan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong riset budi daya teripang pasir. Pasalnya, saat ini komoditas tersebut lebih banyak bergantung kepada tangkapan di alam dibanding hasil budi daya.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono dalam siaran persnya yang diterima redaksi di Jakarta pada Senin (1/2/2021), ia berharap hasil penelitian dari balai riset, termasuk teripang pasir, dapat diimplementasikan di masyarakat untuk menggerakkan roda perekonomian guna kesejahteraan masyarakat.

Kepala Badan Riset dan SDM KKP, Sjarief Widjaja mengatakan pihaknya akan menindaklanjuti arahan Menteri tersebut. Adapun ia berencana akan membuat instalasi-instalasi kecil di balai riset.

Diketahui, teripang merupakan biota laut yang termasuk ke dalam filum Echinodermata, yang juga kerap dikenal dengan istilah timun laut.

Selain itu, teripang sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat Asia sebagai makanan dan obat tradisional karena memiliki kadar protein dengan kandungan lemak rendah, mengandung vitamin E yang dapat berperan sebagai antioksidan, serta mengandung mineral yang sangat penting dalam jumlah yang tinggi, terutama kalsium dan magnesium.

Adapun teripang pasir juga mengandung Omega-3, Omega-6, Omega-9, dan 16 jenis asam amino. Meski demikian, teripang yang diperdagangkan masih mengandalkan hasil tangkapan alam sedangkan hasil budi daya masih sangat terbatas.

Sedangkan dalam dua dekade terakhir, kesulitan memperoleh teripang dari alam juga terjadi akibat penangkapan teripang yang berlebihan.

Peneliti Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP) Gondol-Bali, Sari Budi Moria Sembiring menyebutkan berdasarkan data BPS bahwa volume ekspor produk teripang Indonesia pada Januari hingga Juli 2019 mencapai 780.803 kg, dengan nilai 8,762 juta dolar AS.

Apalagi dengan nilai ekonomi dan kebutuhan pasar yang tinggi, khususnya pasar Asia, maka terjadi overfishing, sehingga perlu pengembangan budi daya, sebagaimana dilakukan penelitiannya di BBRBLPP.

Sebelumnya, Menteri Trenggono mengajak Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) berjuang bersama dalam memajukan serta mewujudkan sektor budi daya yang berkelanjutan.

"Mari kita bangun akuakultur Indonesia, sumbangsih MAI sangat dibutuhkan negeri ini," ujarnya.

Lebih lanjut, Trenggono memaparkan bahwa MAI selalu bermitra dan bersinergi dengan KKP dalam membangun perikanan Indonesia, khususnya perikanan budi daya (akuakultur).