Upaya Para Ahli ITB-Unpad dan ITS Membuat Ventilator Murah

Ketersediaan fasilitas kesehatan di Indonesia jauh dari cukup untuk menghadapi outbreak atau puncak wabah penyakit. Walaupun demikian penyediaan peralatan medis yang sangat dibutuhkan tetap diupayakan oleh beberapa fihak. Meskipun kualifikasinya bukan untuk ICU setidaknya upaya membuat ventilator ini memberi harapan bagi pasien Covid-19 yang mengalami susah nafas.      

Upaya Para Ahli ITB-Unpad dan ITS Membuat Ventilator Murah
ilustrasi ventilator / net

Kebutuhan ventilator pada pasien Covid-19 yang kondisinya kritis atau serius sangat tinggi saat pandemi. Dalam siaran langsung Al Jazeera pada Jumat (3/4/2020) Gubernur New York Andrew Cuomo menyampaikan kecemasannya saat angka kematian di negara bagian tersebut meningkat tajam dalam 24 jam terakhir. Dan salah satu yang mendesak adalah penanganan pasien kritis yang membutuhkan ventilator.

Ketersediaan fasilitas kesehatan di Indonesia jauh dari cukup untuk menghadapi outbreak atau puncak wabah penyakit. Walaupun demikian penyediaan peralatan medis yang sangat dibutuhkan tetap diupayakan oleh beberapa fihak. Meskipun kualifikasinya bukan untuk ICU setidaknya upaya membuat ventilator ini memberi harapan bagi pasien Covid-19 yang mengalami susah nafas.      

Institut Teknologi Bandung (ITB), Yayasan Pembina Masjid Salman, dan Fakultas Kedokteran Unpad telah membuat prototipe ventilator ini. Ventilator yang akan diproduksi secara massal tersebut adalah ventilator portabel Indonesia atau Vent-I. Pengembangannya masih menunggu izin dari Kementerian Kesehatan.

Tim yang dipimpin Aulia Nasution, seorang dosen Teknik Fisika Institut Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya juga sedang mengajukan pengujian ke Badan Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Surabaya untuk vetilator yang mereka buat berdasarkan panduan open source dari Massachusets Institute of Technology, Amerika Serikat.

Kementerian BUMN telah mengkonsolidasikan sumber daya yang dimilikinya untuk mendukung produksi peralatan tersebut bila proses pengujian dan perizinannya telah rampung. Tentu diperlukan terobosan agar waktu pengujian dan perizinan tidak terlalu lama mengingat mendesaknya kebutuhan tersebut.

Situs itb.ac.id mengabarkan bahwa Tim ITB yang diketuai oleh Dr. Syarif Hidayat, Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), tersebut kini tengah mengembangkan purwarupa produk ventilator darurat  yang diberi nama Vent-I (Ventilator Indonesia). Dosen dari Kelompok Keahlian Ketenagalistrikan yang juga merupakan pembina YPM Salman ITB, itu telah diminta untuk mempresentasikan rencana pengembangan ventilator tersebut pada video conference dengan Wakil Menteri BUMN dalam agenda presentasi dan pembahasan alat ventilator.

“Vent-I adalah alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernapas sendiri (jika pasien covid-19 pada gejala klinis tahap 2) , bukan diperuntukkan bagi pasien ICU,” ujar Jam’ah Halid selaku Manajer LPP Salman yang turut serta dalam pengembangan ventilator tersebut ketika dihubungi oleh reporter Humas ITB melalui pesan singkat.

Prototype Vent-I telah dipresentasikan di depan dokter senior Fakultas Kedokteran Unpad. Pada Presentasi awal terdapat tiga fungsi yang didemonstrasikan, yaitu CPAP (Continuous Positive Airway Pressure), CPC (Continuous Pressure Control), dan SPC (Synchronize Pressure Control). “Pertemuan ini merupakan pertemuan kami yang ketiga dan tim dokter  sangat mendukung pengembangan vent-I  dan menyarankan  terlebih dahulu untuk mengembangkan  fungsi CPAP  yang saat ini dibutuhkan oleh pasien COVID 19” jelas Jam’ah.

Fungsi CPAP pada ventilator tersebut dapat digunakan oleh pasien yang mengalami sesak namun masih dapat bernapas sendiri agar tidak sampai harus dirawat di ICU. Tindak lanjut setelah pertemuan tersebut adalah kementerian kesehatan menugaskan BPFK ( Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan ) untuk melakukan serangkaian pengujian  Vent-I.  Target awal dari Tim adalah membuat 100 buah Vent-I secara in house untuk disumbangkan  ke Rumah Sakit yang membutuhkan.