Unboxing Urgensi Akselerasi Mobil Listrik, Kelebihan dan Kekurangan

MONITORDAY.COM - Mobil listrik digadang-gadang akan menjadi alat transportasi masa depan. Hampir semua produsen mobil berlomba-lomba memproduksi kendaraan listrik.
Tesla menjadi yang paling awal mengembangkan mobil bertenaga listrik. Kini, bahkan produsen mobil China dan India telah merambah ke mobil listrik.
Di Indonesia, tahun ini pemerintah telah menerbitkan kebijakan kendaraan listrik, yang tertuang dalam Perpres Nomor 22/2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), sudah menetapkan target penggunaan Kendaraan Listrik sebanyak 2.200 unit untuk roda 4 dan 2,1 juta untuk kendaraan roda 2, paling lambat pada 2025.
Lantas apa saja kelebihan dan kekurangannya?
Kelebihan Mobil Listrik
- Ramah lingkungan
Emisi karbon menjadi lebih rendah dan mengurangi polusi dibandingkan penggunaan BBM.
Berbeda dengan mobil konvensional yang menggunakan bahan bakar minyak, hasil pembakarannya mengeluarkan emisi karbon dioksida ke udara.
Mobil listrik juga menghasilkan suara yang lebih halus, senyap, dan tidak bising. Tentu hal ini berbeda dengan mobil pada umumnya yang menggunakan mesin diesel, misalnya, sehingga menghasilkan suara yang keras dan cenderung berisik.
- Lebih Hemat
Hemat energi yang lebih besar dibandingkan penggunaan BBM pada saat kendaraan melaju. Penggunaan energi yang lebih irit saat terjadi kemacetan.
Mengutip Edmund.com, Berdasarkan penelitian terhadap mobil listrik, untuk mencapai jarak hingga 120 kilometer diperlukan biaya sebesar Rp75.000 saja. Sedangkan jika Anda menggunakan BBM maka memerlukan biaya dua kali lipat lebih banyak.
- Lebih Cerdas dan Canggih
Hanya kendaraan listrik yag memiliki Intelligent Transport System (ITS). Maksudnya, kendaraan bisa melakukan pengereman sendiri jika terjadi tabrakan.
Intelligent Transport System (ITS) adalah sistem keamanan mobil dimana mobil akan segera terhenti sebelum menabrak sesuatu. Sistem ini membuat mobil listrik menjadi mobil paling aman.
Bicara soal kecepatan, manuver dengan kendaraan listrik lebih bertenaga. Di mobil ini, kecepatan berkendara bakal dirasa lebih cepat berkat kerja torsi dalam waktu singkat menuju roda mobil.
- Perawatan Lebih Mudah
Perawatan mudah karena tidak memerlukan pergantian oli dan lain dan perawatan hanya perlu perawatan batere.
Mesin listrik yang digunakan dalam kendaraan tersebut lebih mudah dirawat dan treatment yang dilakukan juga ringan.
- Hemat Ruang dan Praktis
Baterai pada mobil listrik lebih flaksibel, sehingga bentuk mobilnya pun bisa lebih mungil. Beberapa mobil listrik mungil di antaranya BMW i3s atau Renault Twizy.
Mobil berbodi mungil ini cocok digunakan di Indonesia sehingga dapat tetap melaju di kemacetan atau masuk ke gang yang sempit.
Selain itu, mobil listrik menggunakan baterai sebagai daya penggeraknya sehingga dapat diisi ulang di rumah.
Untuk isi ulang pun mudah, selain nantinya disediakan pos-pos isi ulang, pemilik mobil listrik juga dapat mengisi ulang di rumah masing-masing. Tingga colok saja kabel atau charge yang cocok untuk mobil listrik Anda.
Kekurangan Mobil Listrik
- Jarak dan Waktu Isi Ulang
Saat ini, kapasitas daya baterai dan waktu pengisian menjadi kelemahan. Penggunaan baterai sebagai sumber penggerak mesin membuat mobil listrik mempunyai keterbatasan dalam jarak. Jarak paling jauh yang bisa ditempuh oleh mobil listrik adalah 120 kilometer.
Mobil listrik memerlukan pengisian kembali setelah menempuh jarak beberapa kilometer. Untuk menempuh jarak hingga 120 kilometer, mobil listrik memerlukan pengisian listrik selama 6 jam penuh.
- Keterbatasan Kecepatan
Meski memliki torsi yang melimpah karena penyaluran tenaganya langsung, sayangnya kecepatan mobil listrik ini masih terbatas. Hal tersebut karena mesin pada mobil listrik tidak bisa dioprek. Salah oprek bisa menyebabkan korsleting bahkan kebakaran.
Karena itu, jika Anda adalah pecinta kecepatan maka mobil listrik kurang tepat untuk Anda.
- Mahal
Baterai mobil listrik ternyata harus rutin dilakukan penggantian setiap 3-10 tahun sekali, dan harga baterainya cukup mahal. Tapi hal itu tergantung dari jenis dan penggantian baterai.
Tidak hanya baterai, walau banyak yang minat terhadap mobil listrik ini, tapi sayangnya masih sangat sulit untuk mendapatkan mobil ini.
Di Indonesia sendiri, produksi mobil listrik masih sangat sedikit dan tentu harganya pun mahal dibanding mobil konvensional.
- Belum Teruji
Saat ini pengetahuan masyarakat tentang mobil listrik tentu masih minim. Karenanya, hal ini tentu berpengaruh pada harga bekasnya. Selain itu, mobil listrik juga belum teruji.
Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi (kiri) didampingi Direktur Eksekutif Indonesia Resources Studies Marwan Batubara memberi paparan dalam diskusi publik bertajuk "Batu bara untuk Siapa?" juga memberikan pandangannya soal mobil listrik yang saat ini tampak agenda akselerasi dalam pengembangan Kendaraan Listrik di Indonesia cukup getol di suarakan, ada apa yah?
Ada beberapa argumentasi terkait urgensi percepatan penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.
Pertama, tidak hanya negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, China, Korea Selatan, Kanada, Norwegia, Inggris Raya, Prancis, Jerman, Belanda, dan Swedia, tetapi juga negara-negara berkembang, seperti di Singapura, Malaysia, dan Thailand, bahkan Vietnam dan Sri Langka, sudah lebih dulu mengembangkan kendaraan listrik di negerinya.
Kalau Indonesia tidak segera mengembangkan kendaraan listrik, tidak hanya tertinggal, tetapi juga tidak bisa dihindari Indonesia akan kembali menjadi negara konsumen bagi kendaraan listrik.
Kedua, migrasi dari kendaraan bahan bakar fosil ke Kendaraan Listrik akan dapat mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM), yang selalu meningkat, sehingga selama ini membebani defisit neraca migas.
Kalau kendaraan listrik tidak dapat dihadirkan di Indonesia, maka pada 2025 konsumsi BBM diperkirakan akan meningkat dari 1,3 juta barel per hari naik menjadi 2 juta barel per hari.
Peningkatan impor BBM dalam jumlah besar itu akan semakin meningkatkan defisit neraca migas, sehingga memberikan kontribusi terhadap defisit neraca pembayaran, yang berpotensi melemahkan kurs rupiah terhadap dolar AS.
Ketiga, mobil yang digerakkan tenaga listrik itu termasuk energi ramah lingkungan, yang dapat menurunkan emisi gas rumah kaca (CO2). Penggunaan kendaraan listrik diperkirakan dapat menurunkan emisi gas rumah kaca hingga sebesar 29%.
Perpres Kendaraan Listrik Penurunan emisi gas sebesar itu sesuai dengan ketentuan EURO-4, yang mengisyaratkan penggunaan energi kendaraan bermotor ramah lingkungan. Kendati sangat urgen untuk akselerasi pengembangan kendaraan listrik di Indonesia, namun masih ada beberapa persoalan yang mesti diselesaikan.
Konon, Perpres itu masih menunggu hasil kajian tentang pemberian insetif fiskal, yang akan diberikan bagi industri yang akan berinvestasi di kendaraan listrik. Insentif fiskal itu perlu diberikan lantaran harga jual mobil listrik lebih mahal ketimbang mobil konvensional.
Pemberian insentif fiskal itu, di antaranya penghapusan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Penghapusan PPnBM itu dimaksudkan agar harga jual mobil listrik, tidak hanya bisa bersaing dengan harga mobil konvensional, tetapi juga harganya terjangkau bagi konsumen.
Memang, penghapusan PPnBM akan mengurangi potensi pendapatan pajak negara, tetapi penghapusan PPnBM ikut memberikan kontribusi bagi keberhasilan industri kendaraan listrik di Indonesia. Keberhasilan itu akan memberikan multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi dan penambahan lapangan pekerjaan, yang jauh lebih penting ketimbang kehilangan potensi pendapatan dari PPnBM.
Dengan demikian tidak ada alasan bagi Kementerian Keuangan untuk tidak memberikan fasilitas fiskal dengan menghapus PPnBM bagi pengembangan kendaraan kistrik di Indonesia. Insentif di Negara Lain Negara-negara lain juga memberikan insentif dalam pengembangan mobil listrik.
China membebaskan pajak pembelian yang bernilai CNY35.000–60.000 atau sekitar US$5.000–8.500. Norwegia membebaskan konsumen mobil listrik untuk membayar pajak pembelian, dengan nilai mencapai NOK100.000 atau sekitar US$11.600.
Jepang memberikan subsidi secara progresif berdasarkan tingginya kapasitas listrik, dengan jumlah maksimum subsidi sebesar JPY850.000, setara dengan US$7.700.
Belanda memberikan insentif pajak berbasis pada emisi CO2. Kendaraan listrik dengan emisi CO2 sebesar nol dibebaskan dari pajak pendaftaran mobil baru (new car registration). Thailand bahkan mengenakan pajak kendaraan listrik hanya sebesar 10%, sedangkan kendaraan berbahan bakar fosil wajib membayar pajak sebesar 22%–50%.
Hampir sama dengan Thailand, Sri Lanka juga mengenakan pajak untuk mobil listrik sebesar 25%, sementara pajak kendaraan konvensional dikenakan pajak mencapai 200%.
Berdasarkan penerapan insentif fiskal di negara-negara lain mengindikasikan bahwa apa yang diberikan pemerintah berkorelasi signifikan terhadap peningkatan pangsa pasar mobil listrik di negara-negara tersebut.
Dengan demikian, pemberian insentif fiskal yang akan diatur dalam Perpres diharapkan menjadi variabel penting dalam akselerasi pengembangan kendaraan listrik di Indonesia, sehingga harus kajian insentif fiskal harus segera diselesaikan. Infrastruktur Masalah lain yang harus segera diselesaikan dalam akselerasi pengembangan mobil listrik adalah penyediaan infrastruktur pendukung untuk pengisian ulang baterai.
PT PLN (persero), badan usaha milik negara (BUMN) di sektor ketenagalistrikan selaku penyedia bahan bakar listrik, menyatakan kesiapannya untuk membangun stasiun pengisian listrik umum (SPLU) di seluruh wilayah Indonesia.
Selain PLN, produsen mobil listrik juga sudah berkomitmen untuk membangun SPLU di sejumlah tempat keramaian, di antaranya di sekitar pusat-pusat perbelanjaan.
Tanpa pemberian insentif fiskal dan penyediaan SPLU, jangan harap percepatan pengembangan mobil listrik di Indonesia dapat dicapai dalam waktu dekat ini, bahkan tidak menutup kemungkinan Indonesia akan gagal dalam membangun Industri kendaraan Listrik.
Kalau Indonesia gagal dalam pengembangan Kendaraan Listrik, tidak diragukan Indonesia lagi-lagi akan menjadi negara konsumen terbesar di dunia.