Perencanaan Pembangunan Dinilai Harus Sesuaikan dengan Perubahan Iklim
Kecelakaan Infrastruktur Becakayu menjadi contoh kurangnya perencanaan pembangunan berdasarkan perubahan iklim

MONITORDAY.COM - Dalam membuat sebuah perencanaan pembangunan, Pemerintah dinilai harus menyesuaikan dengan perubahan iklim.
Direktur Eksekutif Center for Information and Development Studies (CIDES) Indonesia, Muhammad Rudi Wahyono menuturkan secara global, perubahan iklim telah menimbulkan peningkatan Tinggi Muka Laut (Sea Level Rise) dengan laju kenaikan rata-rata sebesar 3-10 mm per tahun.
Hal ini berdampak signifikan pada kota-kota tepian air (waterfront city). "Perencanaan pembangunan seharusnya menyesuaikan atau beradaptasi dengan perubahan iklim yang terjadi baik lokal maupun global," katanya dalam rilis yang diperoleh MONITORDAY.COM, Kamis (26/2/2018).
Diperkirakan akan terjadi peningkatan fenomena cuaca ekstrem yang berdampak pada ranah sosial ekonomi, yaitu peningkatan urbanisasi dan pertumbuhan penduduk, peningkatan kebutuhan air, pangan dan ketersediaan lahan. Secara jangka panjang, kenaikan muka air laut ini akan membuat kota tenggelam karena penurunan muka tanah (land subsidence) dan pergerakan tanah (land movement).
Hal itu berdasarkan citra satelit InSar (Interferogram Satelit Aperture Radar). Beberapa wilayah yang terancam mengalami land subsidence berdasarkan pantauan citra satelit di antaranya adalah Lhoksemauwe, Medan, Jakarta, Bandung, Bopunjur, Pekalongan, Semarang dan Sidoarjo.
Ancaman Bagi Pembangunan Infrastruktur
Selain persoalan banjir, Rudi menuturkan salah satu indikator kurangnya perencanaan pembangunan berdasarkan perubahan iklim adalah seperti yang terjadi pada kecelakaan infrastruktur di Tol Becakayu pada Selasa (20/2) dini hari. Menurut pantauan, kecelakaan ini terjadi saat wilayah tersebut terjadi peningkatan volume hujan di daerah tersebut, mulai dari malam hingga dini hari.
Di saat yang bersamaan, lanjut dia, dari sisi ekonomi Internasional Negara Tiongkok sedang melakukan investasi besar-besaran pada sektor infrastruktur, energi dan perdagangan. Dampak dari banjir investasi ini menurutnya sudah terasa di berbagai wilayah di Indonesia dengan maraknya pembangunan di berbagai daerah, termasuk proyek infrastruktur Becakayu.
"Harusnya investasi tidak melabrak dan memporak-porandakan Rencana Tata Ruang dan Wilayah yang sudah dibuat," imbuhnya.
"Itu juga harus dikaji lagi terutama menyesuaikan dengan perubahan iklim," pungkas Rudi