Tingginya Angka Bunuh Diri Anak di Jepang Cukup Mengkhawatirkan

Ketatnya budaya kerja dan budaya sosial di sejumlah Negara Asia Timur mengakibatkan tingginya angka bunuh diri di wilayah tersebut.

Tingginya Angka Bunuh Diri Anak di Jepang Cukup Mengkhawatirkan
Ilustrasi

MONITORDAY.COM - Ketatnya budaya kerja dan budaya sosial di sejumlah Negara Asia Timur mengakibatkan tingginya angka bunuh diri di wilayah tersebut.

Pada 2017, angka kematian akibat bunuh diri di Korea Selatan mencapai 26,9 per 100 ribu orang, sementara Jepang dengan angka 18,5. Bunuh diri juga menjadi faktor utama meningkatnya angka kematian di Hongkong.

Tahun ini total pelaku bunuh diri anak meningkat di Jepang, meski angka bunuh diri di Jepang mengalami penurunan dibandingkan tahun 2017 lalu, dengan jumlah 21.321 kasus. Kementerian Pendidikan Jepang memaparkan fakta mengejutkan tentang kecenderungan pelajar tingkat sekolah dasar dan menengah yang melakukan bunuh diri. Dari hasil penelitian, tercatat 268 pelajar sekolah dasar hingga menengah atas bunuh diri selama periode 2017-2018. Angka tersebut merupakan angka tertinggi sejak 1986 atau 30 tahun lalu.

Ratusan pelajar memiliki beragam alasan yang mengakibatkan mereka memilih mengakhiri hidup dengan bunuh diri . Mulai dari menjadi korban bullying, masalah keluarga, dan stress.

“ Angka pelajar bunuh diri tetap tinggi, dan ini menjadi isu yang mengkhawatirkan dan patut diselesaikan. “ Ucap pejabat Kementerian Pendidikan Jepang, Noriaki Kitazaki kepada wartawan di Tokyo, seperti dilansir BBC, Selasa (6/11/18).

Kitazaki menegaskan penyebab peningkatan bunuh diri ini belum dapat dipastikan. Ia mengatakan sebagian besar anak yang merenggut nyawanya sendiri merupakan Pelajar yang tengah duduk di bangku sekolah menengah atas. Kenaikan angka bunuh diri di Jepang biasa terjadi di awal tahun ajaran baru.

“ Libur panjang sekolah membuat para siswa bisa berdiam diri dirumah. Hal ini merupakan surga bagi mereka yang menjadi korban bullying. Ketika libur musim panas berakhir, para pelajar harus kembali ke sekolah, dan ketika masa sekolah dimulai, pelajar sering merasa khawatir akan dirundung bullying lagi, ” ucap Nanae salah satu pelajar Jepang korban bullying.