Taliban Kuasai Istana Afghanistan

MONITORDAY.COM - Taliban akhirnya menduduki istana presiden Afghanistan dan menyatakan perang telah berakhir usai mengambil alih Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul, Senin (16/8/2021).
Sebuah video beredar viral di dunia maya yang menggambarkan beberapa pejabat kelompok itu mulai duduk dan menguasai sebuah ruangan di kantor presiden. Ini dilakukan setelah Presiden Ashraf Ghani, memutuskan untuk mengungsi dari negara itu.
"Taliban telah menang dengan pedang dan senjata mereka," kata Ghani dalam pernyataan di Twitter, Minggu (15/8/2021) waktu setempat.
Taliban sendiri menjalani sebuah jalan panjang perjuangan untuk merebut kembali negara Asia Tengah itu. Sebelumnya, mereka sempat memegang kursi kekuasaan pada 1996 hingga 2001.
Pasca diserangnya gedung WTC oleh 2 Pesawat, George Bush Junior kala itu sesumbar menuduh dalang dari peristiwa itu adalah Taliban yang belum terbukti kebenarannya.
Pada 2001 pasukan Amerika Serikat (AS) beserta sekutunya mulai masif masuk ke negara itu. Di sana Washington mengirim militer terkuat dunia untuk berperang melawan Taliban.
Dalam peperangan itu, Taliban tersingkir dari tahta kepemimpinan dan kekuasaan negara itu dipegang Presiden Hamid Karzai sebgai bentukan pemerintah ala Amerika Serikat.
Kejadian ini memulai konflik antara Taliban dengan Afghanistan dan AS. Selama 20 tahun terakhir Taliban terus melakukan serangan yang diarahkan kepada pasukan keduanya dan mulai menguasai kembali wilayah-wilayah di negara itu.
Perjuangan Taliban ini nyatanya ampuh dalam menekan pemerintahan Afghanistan. Posisi pemerintah Afghanistan makin terdesak lagi setelah AS memutuskan untuk menarik seluruh militernya dari negara itu pada Agustus 2021
Hal ini dilakukan karena Washington menilai bahwa misinya di negara itu merupakan perang tanpa akhir yang tidak berujung. Bahkan, AS diketahui telah menghabiskan anggaran lebih dari US$ 1 triliun di negara itu selama dua dekade terakhir.
Paman Sam menarik diri dari Afghanistan dengan imbalan janji Taliban. Di mana kelompok itu menyetujui tak akan menjadikan Afganistan sebagai wilayah operasi terorisme internasional.