Tak Terima Kekalahan, Loyalis Trump Rusak Gedung Kongres AS

MONITORDAY.COM - Kekalahan yang dialami Donald Trump menjadi prahara bagi wajah demokrasi Amerika Serikat (AS)
AS yang selama ini menggaungkan sebagai kiblat demokrasi dunia namun fakta yang terjadi justru jauh dari itu. Bahkan, aksi loyalis Trump yang tak terima dengan kemenangan Biden-Harris dinilai sebagai sejarah paling kelam sepanjang sistem perpolitikan di negera adidaya tersebut.
Dilansir dari VOA, Rabu (6/1/2021), pendukung Presiden Donald Trump dikabarkan menerobos ke Gedung Kongres Amerika dan membuat keonaran hingga menelan korban.
Para Pemimpin dunia pun mengutuk pemandangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gedung Capitol.
“Pemandangan yang memalukan di Kongres AS. Amerika Serikat mewakili demokrasi di seluruh dunia dan sekarang sangat penting bahwa harus ada alih kekuasaan yang damai dan tertib,” tulis Perdana Menteri Inggris Boris Johnson di Twitter.
Para pejabat Uni Eropa lainnya juga menunjukkan dukungan mereka untuk Biden pada hari Rabu, sementara ekstremis pro-Trump memaksa polisi Capitol Hill memberlakukan lockdown (larangan keluar masuk), dan mengganggu sertifikasi kemenangan presiden Biden.
“Saya percaya pada kekuatan institusi dan demokrasi Amerika. Transisi kekuasaan yang damai adalah intinya. @JoeBiden memenangkan pemilihan,” tulis Ursula von der Leyen, Presiden Komisi Eropa, di Twitter.
Hasil pemilihan demokratis ini harus dihormati,” tulis Kepala NATO Jens Stoltenberg di Twitter.
Kementerian Luar Negeri Turki merilis pernyataan pada hari Rabu (6/1/2021) yang mendesak warganya di Amerika Serikat agar menghindari tempat-tempat yang ramai dan konfrontasi.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian menyebut kerusuhan hari Rabu itu sebagai “serangan besar terhadap demokrasi.”
Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) juga mengutuk massa yang menyerbu Gedung Kongres Amerika.
“Penggunaan kekerasan dan vandalisme terhadap institusi merupakan serangan serius terhadap fungsi demokrasi,” tulis Sekretariat Jenderal OAS tentang insiden itu dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, dan mendesak agar pihak-pihak terkait kembali ke “rasionalitas yang sangat dibutuhkan.” tegas OAS.