Sukses Itu Banyak Orang Tuanya, Gagal Itu Yatim Piatu

Kemenangan ibarat cahaya yang memanggil laron. Maka banyak pula yang akan berusaha mendekatkan diri ke pihak pemenang.

Sukses Itu Banyak Orang Tuanya, Gagal Itu Yatim Piatu
Sukses Itu Banyak Orang Tuanya, Gagal Itu Yatim Piatu (Monday Review/K.A.M.Darwis, Toni Dwi Saputra

MONDAYREVIEW.COM – Keunggulan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno terhadap Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat nyata terlihat dalam hasil hitung cepat berbagai lembaga survei. Pasangan nomor urut 3 tersebut mampu unggul dengan selisih 15-18% dari hasil hitung cepat tersebut.

Ragam analisa diungkap mengenai penyebab kemenangan Anies-Sandi dan penyebab kekalahan Ahok-Djarot. Faktor SARA, program yang tepat guna, faktor komunikasi diantaranya diajukan sebagai hulu kemenangan pasangan yang diusung Gerindra, PKS, PAN pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta. Sedangkan faktor SARA, bumerang politik sembako, antipati terhadap Ahok ditengarai sebagai akar kekalahan pasangan yang dijagokan PDIP, Golkar, NasDem, Hanura, PPP, PKB pada putaran kedua.

Tentu saja faktor kemenangan dan kekalahan itu harus diuji dan dikaji terlebih dahulu. Apakah benar adanya atau ternyata kurang tepat. Dikarenakan dikenal kalimat “Sukses Itu Banyak Orang Tuanya, Gagal Itu Yatim Piatu”. Ketika menjadi pemenang maka ada yang mengaku-ngaku karena peran sertanya. Di sisi inilah pasangan Anies-Sandi harus mewaspadai mereka yang merasa “berkeringat” dan meminta konsesi tertentu. Pihak lawan pun dapat menyebrang ketika kemenangan diraih. Kemenangan ibarat cahaya yang memanggil laron. Maka banyak pula yang akan berusaha mendekatkan diri ke pihak pemenang.

Ada pun ketika gagal, ada beberapa pihak yang enggan mengambil tanggung jawab. Bahkan cenderung cari aman dan tidak mau disalahkan. Pada konsep itulah “Gagal Itu Yatim Piatu”. Dalam prinsip kontestasi “Sukses Itu Banyak Orang Tuanya, Gagal Itu Yatim Piatu” akan bisa dijumpai dalam linimasa kapan pun.