Strategi Beberapa Negara di Dunia Untuk Ketahui dan Cegah Penyebaran Covid-19
Dalam menghambat Covid-19, negara-negara yang terpapar virus tersebut menggunakan data ponsel sebagai media informasi.

MONITORDAY. COM - Penyebaran virus Corona (Covid-19) terus mengalami peningkatan setiap harinya. Dalam menghambat Covid-19, negara-negara yang terpapar virus tersebut menggunakan data ponsel sebagai media informasi.
Cara ini diterapkan oleh Uni Eropa. Operator seluler di Eropa memutuskan untuk berbagi data dengan otoritas kesehatan Italia, Jerman dan Austria untuk memantau mobilitas warga. Data ini bersifat anonim dan teragregasi yang memungkinkan negara memetakan konsentrasi dan mobilitas di daerah yang banyak terpapar virus Corona.
Salah satu operator seluler Italia, Telecom, Vodafone dan WindTre telah menawarkan data agregat kepada otoritas kesehatan untuk memantau pergerakan orang. Hasilnya, daerah Lombardy yang paling para terpapar Corona di Italia mengalami penurunan jumlah mobilitas warga hingga 60 persen bulan lalu.
"Jika secara teknikal memungkinkan, dan secara hukum diperbolehkan, Vodafone akan bersedia membantu pemerintah dalam menangani masalah menggunakan data pengguna yang dianonimkan," kata CEO Vodafone Nick Read, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (26/03/2020).
Berikut beberapa negara di dunia yang menerapkan data ponsel untuk mengetahui dan menghambat penyebaran virus corona:
China
China menjadi negara pertama kali menerapkan data pengguna ponsel untuk melacak pasien corona. China mengklasifikasikan warga hijau, kuning atau merah untuk sebagai status kesehatan warga negaranya.
Saat ada warga yang mengalami demam, mereka akan dikirimi pesan untuk melakukan isolasi mandiri. Program ini melibatkan raksasa teknologi seperti Alibaba dan Tencent.
Israel
Israel juga memakai data ponsel untuk melawan corona. Pemerintah Israel telah memberikan izin kepada Shin Bet, badan keamanan internal Israel untuk menggunakan data lokasi melacak pasien yang positif Corona dan mengindentifikasi warga mana saja yang harus di karantina.
Shin Bet diizinkan untuk menggunakan data lokasi untuk pemetaan dari tahun 2002 hingga sekarang selama 30 hari kerja. Sehingga, mereka yang didentifikasi harus melakukan karantina dan akan mendapatkan pesan teks dari Shin Bet, seperti dilansir dari New York Times.
Taiwan
Taiwan memanfaatkan data lokasi pengguna ponsel untuk memonitor warga dan menentukan siapa saja yang perlu melakukan karantina mandiri di rumah.
Sistem tersebut berfungsi memonitor sinyal telepon dan melibatkan polisi. Jika ada warga yang dikarantina menjauhi rumah mereka maka telepon mereka akan langsung mati dan polisi akan mendatangi lokasi warga dalam 15 menit.
Iran
Iran mengklaim juga menggunakan hal serupa untuk memonitor warganya. Kemudian, Warga Iran diminta menginstal aplikasi bernama AC19 di ponsel yang data lokasinya akan diambil oleh aplikasi ini dan dilaporkan kepada pemerintah.
Melansir Vice, aplikasi ini diklaim bisa mendeteksi apakah orang terinfeksi corona atau tidak dalam hitungan detik. Bahkan, aplikasi ini juga akan memberikan referensi apakah warga harus segera pergi ke rumah sakit atau karantina mandiri.
Singapura
Singapura baru saja meluncurkan aplikasi TraceTogether yang fungsinya mengidentifikasi orang-orang yang mungkin terpapar Corona. Selain itu, aplikasi ini bekerja dengan memanfaatkan sinyal Bluetooth yang terhubung dari satu ponsel ke ponsel lain dengan jarak maksimal 2 meter.
Saat ada orang terdeteksi terinfeksi corona, pemerintah akan menghubungi warga yang dekat dan meminta untuk menyetorkan data lokasi ponsel ke pemerintah untuk melakukan pelacakan dan interaksi yang pernah dilakukan.