Filipina diserbu Obat-Obatan Terlarang. Duterte: “Kami Siap Perang Lawan Narkoba.”

MONITORDAY.COM - Data resmi pemerintah Filipinia menyebut angka korban tewas dalam perang melawan narkoba yang dikobarkan Presiden Rodrigo Duterte melampaui 5.000 orang. Angka yang dirilis pemerintah ini berasal dari periode 1 Juli 2016 ketika kampanye perang melawan narkoba dimulai hingga 30 November lalu. Jumlah korban tewas memang sudah melewati angka 5.000 orang atau tepatnya 5.050 korban. Sementara itu, sebanyak 164.265 orang tersangka ditangkap sebagai hasil dari 115.435 kali operasi anti-narkoba di seluruh Filipina.
Juru bicara Badan Pemberantasan Narkoba Filipina (PDEA) Derrick Carreon mencoba menjelaskan tingginya angka korban tewas tersebut. "Setiap kematian memang mengecewakan, tetapi kemungkinan baku tembak dalam operasi anti-narkoba amat mungkin terjadi, terutama jika tersangka bersenjata dan berada di bawah pengaruh obat bius," ujar Carreon.
Sementara itu, Human Right Watch, organisasi yang memantau dampak dari kebijakan Duterte ini mengklaim angka korban sesungguhnya lebih dari 12.000 orang. Meski dunia internasional mengkritik kebijakan ini dan mahkamah kriminal internasional berniat melakukan investigasi, Duterte tidak peduli dan bersumpah terus melanjutkan kebijakan ini.
Hingga 30 November lalu, aparat keamanan Filipina berhasil menyita 3 ton metamfetamin yang bernilai 347 juta dolar AS dari berbagai penggerebekan. Carreon menjelaskan, obat-obat terlarang itu dibuat di dalam negeri atau di tempat lain oleh sindika yang berbasis di China, Afrika, dan Meksiko.
Sementara itu, pembersihan juga dilakukan di dalam tubuh aparat penegak hukum. Sejauh ini, sebanyak 9.503 orang barangay atau polisi desa dari 32.144 orang di seluruh Filipina yang terlibat dalam peredaran obat terlarang sudah dibersihkan.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte merencanakan untuk memperpanjang perang melawan narkoba selama enam bulan. Ia beralasan terlalu banyak orang yang terlibat dalam bisnis narkotika dan ia tak bisa membunuh mereka semua.
Dilansir dari Reuters, Duterte mengatakan operasi anti-narkoba yang sudah digelar selama ini, seperti mengeluarkan "cacing dari dalam sarangnya", sehingga ia menginginkan waktu tambahan untuk menyelesaikan pekerjaan ini.