Ditanya Anak SD Soal Kenapa Negara Berhutang, Inilah Jawaban Menteri Keuangan Sri Mulyani
Hutang merupakan salah satu topik panas yang selalu menjadi perbincangan hangat ditengah-tengah masyarakat. Pasalnya kita sering mengatakan Indonesia adalah negara Kaya, namun mengapa mesti berhutang.

MONITORDAY.COM - Hutang merupakan salah satu topik panas yang selalu menjadi perbincangan hangat ditengah-tengah masyarakat. Pasalnya kita sering mengatakan Indonesia adalah negara Kaya, namun mengapa mesti berhutang. Dan apa jadinya jika pertanyaan itu dilontarkan oleh seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar ? Keresahan Hutang negara ternyata bukan hanya keresahan orang tua, namun juga keresahan semua orang Indonesia.
Seperti yang dilakukan salah seorang siswi kelas VI di SDN Kenari 07, Salemba, Jakarta Pusat, menanyakan langsung soal utang pemerintah ke Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Hal ini dia lontarkan saat Sri Mulyani menjadi guru dadakan di program Kemenkeu Mengajar.
"Ibu soal utang, kan Indonesia negara kaya. Kenapa kok masih utang?" ujar Tasya, seorang siswi kelas VI A di SDN Kenari 07.
Menteri keuangan itu kemudian menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti, yakni hampir seluruh negara di dunia ini memiliki utang. Utang bisa digunakan lantaran keuangan negara tak mencukupi untuk pembiayaan lainnya. "Jadi kalau kita kumpulkan uang, itu masih belum cukup, kita utang. Hampir di seluruh negara tidak ada yang tidak berutang," Jelasnya.
Tak puas dengan jawaban Sri Mulyani, Tasya pun bertanya kembali. "Terus kalau kita negara kaya, kita kenapa enggak ngasih utang ke negara lain yang kurang uangnya? Bisa enggak, bu?" tanyanya.
"Oh ya tentu bisa. Orang kaya di Indonesia banyak yang memegang surat utang dari negara lain. Jadi negara lain juga perlu utang, ada yang dibeli surat utangnya oleh WNI," jelasnya.
Total utang pemerintah sampai September 2018 berjumlah Rp 4.416,37 triliun atau naik sebesar Rp 549,92 triliun dari Rp 3.866,45 triliun di September 2017. Utang tersebutterdiri dari pinjaman sebesar Rp 823,11 triliun dan surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 3.593,26 triliun.
Secara rinci, pinjaman luar negeri sebesar Rp 816,73 triliun dan pinjaman dalam negeri sebesar Rp 6,38 triliun. Sedangkan SBN terdiri dari denominasi rupiah sebesar Rp 2.537,16 triliun dan denominasi valas sebesar Rp 1.056,10 triliun.