Soal Dinamika Kerukunan Umat Beragama, Nasyiatul Aisyiyah Kab Cirebon Beri Solusi Terbaik

MONITORDAY.COM - Kemajemukan (plural) bangsa Indonesia bukanlah persoalan baru, tetapi
sesuatu yang sudah ada sejak lama.
Kesadaran akan kesukubangsaan dan agama masing-masing terhadap pihak lain terjadi, karena kemajemukan sukubangsa dan agama bukan hanya terwujud dalam corak masyarakat Indonesia secara nasional, melainkan juga terwujud dalam kehidupan sehari-hari dari masyarakat setempat atau lokal.
Namun jika terjadi gesekan dalam kerukunan, maka ada valid reason, baik internal dan eksternal yang tidak bisa dihindari.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Nasyiatul Aisyiah Kabupaten Cirebon, Betty Nurbaeti, S.Kep.,Ners di Sosialisasi Kerukunan Umat Beragama, Kamis (11/11/2021).
Terlebih dahulu, Betty mengapresiasi ikhtiar Biro Kesra Jawa Barat menginisiasi kegiatan dengan tema "Meneguhkan Jawa Barat Sebagai Rumah Bersama Semua Umat Beragama".
Kasubag UPTD P5A Kec Weru Kabupaten Cirebon ini juga mengamati pandemi yang sudah terjadi hampir dua tahun lamanya, juga berimbas pada pengikisan nilai-nilai kerukunan, yang tidak hanya soal agama tapi juga berwarganegara.
Lebih lanjut, kata Betty, konflik antar-umat beragama umumnya tidak murni disebabkan oleh faktor agama, tetapi oleh faktor politik, ekonomi atau lainnya yang kemudian dikaitkan dengan agama.
Tentu saja, kasus-kasus konflik atau perselisihan sekecil apapun harus diselesaikan dengan cepat dan bijaksana.
Berkaca di kondisi di atas, maka Betty mengacu ke uswah Rasulullah SAW saat menjadi pemimpin Madinah, dimana sebagian penduduknya adalah masyarakat Yahudi dan Nasrani.
Rasulullah menjadi pemimpin yang adil dan tidak melakukan penindasan terhadap kaum minoritas dan menjadikan masyarakat hidup dengan damai dan sejahteraha ini menjadi suatu bukti bahwa Islam adalah agama yang cinta damai dan menghindari perpecahan.
" Nabi Muhammad mengatasi berbagai gesekan saat itu, apakah ekonomi, sosial, politik, keagamaan dan lain sebagainya," ucap Betty.
Lantas di Indonesia, Betty mencontohkan sikap toleran, keterbukaan dan keteguhan KH. Ahmad Dahlan, yang seharusnya dijadikan referensi keteladanan yang otentik dalam merumuskan sikap toleransi antar umat beragama di Indonesia, terkhusus warga Persyarikatan Muhammadiyah.
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, warga Muhammadiyah menuntunkan bahwa Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan kebaikan dengan sesama seperti dengan tetangga
maupun anggota masyarakat lainnya.
Dalam bertetangga dengan yang berlainan agama juga diajarkan untuk bersikap baik dan adil.
Secara organisasi Muhammadiyah terbukti tidak pernah melakukan diskrimasi terhadap Ormas lain, bahkan yang ada selalu menjalin kerjasama untuk kebaikan Indonesia. Menjalin kerjasama dengan Nahdlatul Ulama dalam misi penyebaran paham wasathiyyah Islam. Begitupun dengan organisasi lain, baik lintas agama juga sektoral yang selama ini berjalan penuh damai, malah yang ada, adalah semangat sinergi untuk menebar kebaikan.
" Selama pandemi, semua Amal Usaha Muhammadiyah bergerak dan bersinergi dengan semua ormas dan pemerintah untuk saling bahu-membahu menuntaskan pandemi yang sangat destruktif ini," tutup Betty.