Singapura Terapkan Virtual Power Plant Demi Optimalkan EBT

Singapura Terapkan Virtual Power Plant Demi Optimalkan EBT
pemandangan lampu-lampu di Singapura saat malam hari/ net

MONITORDAY.COM - Teknologi terkait pemanfaatan energi baru terbarukan semakin dikenal di negara-negara Asia Tenggara. Perusahaan teknologi Hitachi ABB Power Grids telah dipilih untuk menyediakan solusi penyimpanan energinya untuk pembangkit listrik virtual pertama di Singapura.

Hitachi ABB Power Grids akan menyediakan sistem penyimpanan energi baterai PowerStore e-mesh untuk memastikan stabilitas jaringan. Sistem akan digunakan untuk menyeimbangkan pembangkitan yang terputus-putus dengan beban cerdas dan dinamis.

Proyek pembangkit listrik virtual diluncurkan pada 2019 oleh Energy Research Institute di Nanyang Technological University dan didanai bersama oleh Otoritas Pasar Energi Singapura (EMA) dan Sembcorp Industries (Sembcorp).

Pembangkit listrik virtual akan menggunakan energi yang dihasilkan dari sumber energi terdistribusi termasuk matahari dan angin, mengintegrasikannya secara cerdas ke dalam jaringan utama dan memastikan stabilitas jaringan. Dengan demikian maka kendala utama yang dihadapi dalam distributed generation atau pembangkitan terdistribusi telah tertangani. 

Nirupa Chander, direktur pelaksana Hitachi ABB Power Grids di Singapura, mengatakan: “Singapura mengoperasikan salah satu jaringan listrik paling andal di dunia.

“Proyek ini adalah contoh yang baik tentang bagaimana berbagai pemangku kepentingan yaitu pemerintah (EMA), akademisi (NTU), industri (Sembcorp) dan penyedia teknologi seperti kami berkolaborasi untuk memberikan solusi inovatif dan mempercepat transisi energi untuk masa depan yang lebih hijau,” tambahnya. .

Mr Matthew Friedman, chief digital officer Sembcorp, menambahkan: "Ini menandai tonggak penting dalam proyek VPP, karena penyimpanan energi sangat penting untuk integrasi energi hijau yang efisien ke dalam jaringan listrik Singapura."

Wakil presiden senior penelitian NTU, Profesor Lam Khin Yong, menegaskan kembali: “Untuk memenuhi standar emisi karbon di masa depan, Singapura harus memanfaatkan semua sumber energi terbarukan, mengandalkan kecerdasan buatan dan solusi cerdas untuk mengoordinasikan dan mengelola semua energinya dengan lebih baik. sumber secara efisien.

"Pembangkit Listrik Virtual (VPP) adalah proyek utama yang akan memungkinkan pemodelan yang efisien dan fitur inovatif dari teknologi yang muncul ini divalidasi."

Energi terbarukan adalah energi yang bersumber dari dan tergantung pada alam. Pembangkit listrik tenaga surya bergantung pada intensitas cahaya matahari yang bisa menurun saat sore, malam, atau cuaca berawan tebal. Tenaga angin pun memiliki dependensi pada kecepatan angin yang berfluktuasi sesuai cuaca dan iklim, sama halnya dengan tenaga hidro yang terikat pada curah hujan. Kondisi tidak konstan ini yang membuat pembangkit listrik bersumber dari energi terbarukan memiliki sifat intermiten (berselang-seling).

Bagi masyarakat perkotaan yang telah merasakan suplai energi secara konstan, maka keterbatasan pasokan listrik tidaklah menjadi opsi yang menyenangkan. Ekonomi masyarakat di daerah juga akan sulit berkembang secara optimal jika listrik tersedia secara terbatas. Hingga saat ini energi fosil masih menjadi sumber energi utama, salah satu alasannya karena dapat menyuplai energi secara konstan. Ketika energi terbarukan ingin bersaing dengan energi fosil, maka sifat intermiten harus dapat dikurangi secara signifikan atau bahkan dihilangkan.

Sifat intermiten ini dapat dianalogikan dengan sistem keuangan seorang freelancer. Ada kalanya seorang freelancer mendapat proyek berpenghasilan tinggi, namun ada juga saat dimana pendapatannya sedang turun karena sedang sepi job. Padahal, kebutuhan sehari-harinya cenderung konstan (seperti tetap butuh makan 3 kali sehari dan membayar biaya tempat tinggal). Bagaimana seorang freelancer dapat mengelola pendapatannya yang tidak pasti? Menaikkan pendapatan, menabung, atau mengelola pengeluaran.

Industri energi terbarukan sudah banyak mencoba “menabung” dengan energy storage berupa baterai. Teknologi baterai yang ada sekarang sudah lebih murah dan efisien dibandingkan beberapa dekade ke belakang, namun banyak yang menilai masih kurang dapat dipercaya dalam hal memastikan suplai dari pembangkit listrik energi terbarukan.

Masih menggunakan analogi seorang freelancer, dalam upaya “menaikkan pendapatan” energi terbarukan salah satunya yaitu mencoba meningkatkan suplai energi dari alam. Namun, terdapat batas dimana alam bisa dimanipulasi untuk mengikuti kebutuhan sebagai pembangkit listrik. Contohnya, matahari tidak bisa “dipaksa” untuk menyinari suatu area PLTS secara optimal selama 24 jam penuh, atau angin tidak bisa “dipaksa” untuk bergerak dengan kecepatan yang stabil secara konstan melewati PLTB. Maka, yang dapat dijadikan fokus adalah merekayasa manajemen supply dan demand untuk  sistem kelistrikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan teknologi virtual power plant.

Fadli, Maharani, dan Liemanto (2018) mendefinisikan virtual power plant (VPP) sebagai “teknologi smart grid digunakan untuk mengumpulkan semua unit pembangkit listrik untuk dioperasikan generator daya tunggal yang mampu mengendalikan dan mengelola arus listrik kembali ke beberapa unit daya generator sesuai kebutuhan.”[1] Secara lebih sederhana, VPP akan mengelola suplai dari beberapa pembangkit listrik dan menggabungkannya untuk menyuplai arus listrik yang lebih stabil berdasarkan kebutuhan konsumen.