Silaturahmi Yang Sedikit Ternoda
Para ulama yang tergabung dalam Persaudaraan Alumni 212 bertemu secara tertutup dengan Presiden Jokowi. Kenapa pertemuan ini bisa bocor ke publik?

MONDAYREVIEW- Presiden Joko Widodo tampil dalam acara Mata Najwa Trans7 Rabu malam, untuk mengklarifikasikan berbagai tuduhan negatif tentang dirinya. Mulai dari isu PKI, antek asing hingga tuduhan anti Islam. Jokowi juga menjelaskan berbagai kebijakannya, mulai dari utang luar negeri, tenaga kerja asing hingga program bagi-bagi sertifikat tanah yang dituduh “pengibulan” oleh Amien Rais.
Dengam gayanya yang khas, Jokowi menjelaskan, “Saya ini lahir tahun 1961, PKI dibubarkan tahun 1965, masa ada PKI balita,” ungkap Jokowi, yang juga sering ia lontarkan dalam berbagai kunjungannya di pesantren. Ia juga mempertegas PKI tak mungkin bangkit lagi, karena merupakan organisasi terlarang di negeri ini.
Jokowi mengaku sering bersilaturahmi dengan para ulama, dan tak ada yang mempertanyakan isu dirinya anti Islam. Sedangkan, berbagai kasus yang menyeret para ustadz, dan kepolisian dianggap tidak adil memperlakukan mereka, Jokowi hanya berkomentar, “kalau ada fakta hukum, harus diselesaikan secara hukum.”
Sejak aksi damai umat Islam, yang memobilisasi jutaan massa pada akhir tahun 2016, untuk menuntut penistaan agama yang dilakukan Gubernur Ahok, Presiden Jokowi kerap dituding anti Islam. Jokowi mengakui berbagai fitnah ini selalu diarahkan pada dirinya, karena tujuan politis.”Kalau dalam kontestasi politik, mestinya yang didahulukan adu gagasan dan adu program,” kata Jokowi.
Karena bukan siaran langsung, Najwa Shihab sebagai host tak menanyakan soal pertemuan Jokowi dengan Persaudaraan Alumni (PA) 212 yang lagi ramai saat ini. Dalam foto yang beredar luas, Jokowi nampak diapit para pengurus PA 212, antara lain Muhammad Al Khaththath (FUI), Sobri Lubis (Ketua Umum FPI), Usamah Hisyam, Slamet Maarif dan Yusuf Marta. Mereka tampak sedang berbincang-bincang dengan presiden.
Jokowi memang sering bertemu dengan para ulama dari berbagai ormas Islam. Namun, kali ini pertemuan Jokowi dengan para ulama di Istana Bogor pada Ahad lalu, menjadi perhatian publik. Karena, merekalah termasuk yang menggerakan aksi unjuk rasa 212, dan dikenal bersebrangan dengan pemerintah.
Pertemuan yang awalnya tertutup, dan tidak terlacak awak media ini, kini sudah tersebar luas. Misbahul Anam Ketua TIM 11 Ulama Alumni 212 menyesalkan bocornya pertemuan ini ke publik. Ia menduga ada pihak ketiga yang ingin mempertentangkan Presiden Jokowi dengan alumni 212. "Meminta Istana mengusut tuntas bocornya foto dan berita tersebut sebagai kelalaian aparat Istana yang tidak bisa menjaga rahasia negara," ujarnya.
Dalam konferensi pers yang digelar Rabu kemarin, Misbahul Anam menjelaskan pertemuan itu bertujuan untuk menyampaikan informasi akurat terkait kasus-kasus kriminalisasi para ulama dan aktivis alumni 212. Mereka mendesak Presiden untuk segera menghentikan kriminalisasi terhadap ulama dan aktivis 212.
Ketika diwawancarai sejumlah wartawan, Presiden Joko Widodo mengakui dirinya bertemu dengan ulama yang menggerakkan aksi unjuk rasa 212. Menurut Jokowi, pertemuan dengan ulama bertujuan menjalin persaudaraan dalam rangka menjaga persatuan. "Sehingga kita harapkan dengan tersambungnya silaturahim, dengan beriringnya antara ulama dan umara, kita dapat menyelesaikan banyak masalah, banyak problem, persoalan-persoalan yang ada di umat, di masyarakat," kata presiden.
Pertemuan para ulama ini, menurut Jubir Persaudaraan Alumni 212, Novel Bamukmin sebenarnya pertemuan lanjutan. Sebelumnya, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia telah bertemu Jokowi di Istana Merdeka, pada Juni 2017. ""Pertemuan ini guna mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang sama-sama kita hadapi saat ini, yang merupakan berbagai kasus yang ada agar kita bisa mengadakan rembuk nasional," kata Novel.
Mungkinkah pertemuan Presiden Jokowi dengan para ulama dari PA 212 akan berlanjut?
Pertemuan yang awalnya rahasia, kemudian terbuka ke publik, bisa jadi menanamkan ketidakpercayaan, yang harus segera dibenahi. Kedekatan Jokowi dengan para ulama jangan diintervensi oleh kelompok kepentingan, yang memiliki tujuan politik lain.
Siapa pun yang nanti terpilih menjadi presiden, aspirasi para ulama dan umat Islam tak bisa dikesampingkan. Karena, umat Islam sebagai penduduk mayoritas di negeri ini sesungguhnya yang telah menjalin utuh kebinekaan dan kesatuan bangsa. Perjuangan mereka lebih tulus, karena tak sedang berburu jabatan politik.