Sikapi Polemik Bangsa, Ketum DPP IMM: Politisi Kita Minim Etika

Najih menyayangkan tindakan yang diperlihatkan oleh politisi Arteria Dahlan terhadap Prof. Salim dalam acara debat yang diadakan salah satu stasiun televisi swasta nasional.

Sikapi Polemik Bangsa, Ketum DPP IMM: Politisi Kita Minim Etika
Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Najih Prasetyo (Dok. Istimewa).

MONITORDAY.COM - Menyikapi berbagai polemik yang muncul di media belakangan ini, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Najih Prastiyo mengungkapkan kondisi bangsa Indonesia hari ini mengalami krisis etika. Najih menyayangkan tindakan yang diperlihatkan oleh politisi Arteria Dahlan terhadap Prof. Salim dalam acara debat yang diadakan salah satu stasiun televisi swasta nasional. Menurut Najih, tidak pantas bagi seorang politisi yang merupakan wakil rakyat mempertontonkan kepada publik tindakan membentak dengan nada tinggi dan kasar seperti itu.

“Saya memandang kondisi politisi negara ini sedang minim etika. Yang dipertontonkan Arteria Dahlan membentak dan mendebat Prof. Salim itu adalah salah satu contoh minimnya etika yang dimiliki oleh politisi kita,” ungkap Najih saat ditemui di Gedung Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Jumat (11/10).

Najih pun melanjutkan bahwa sosok pemimpin yang dibutuhkan bangsa Indonesia hari ini disamping memiliki kemampuan manajerial juga wajib untuk memiliki etika yang baik dalam dirinya. Menurut Najih etika tersebut adalah etika dalam berpolitik, etika dalam hukum serta etika dalam memperlakukan masyarakat sesuai dengan norma sopan santun yang berlaku di masyarakat Indonesia.

“Yang dibutuhkan bangsa dan pemimpin kita saat ini adalah etika, baik itu etika politik, etika hukum dan etika memperlakukan masyarakat sesuai dengan norma bangsa Indonesia,” kata Najih.

Lebih lanjut Najih mengungkapkan keprihatinan atas musibah yang menimpa Menkopolhukam, Wiranto dalam lawatannya ke Serang, Banten. Najih berharap dengan kejadian kecelakaan yang menimpa Wiranto ini menjadi evaluasi dan menggugah kesadaran kolektif untuk mengedepankan etika dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat. Menurut Najih, apa yang menimpa Wiranto tersebut disebabkan minimnya mengedepankan aspek etika dalam memandang persoalan bangsa sehingga menimbulkan sentimen yang kurang baik terhadap sosok seorang Wiranto di masyarakat.

“Pak Wiranto seringkali membuat pernyataan yang kontra produktif terhadap kondisi bangsa, itu juga adalah tindakan yang tidak beretika. Wajar bila kemudian ada beberapa kelompok yang kemudian tidak senang lalu nekat untuk melakukan tindakan mencelakai tersebut," kata Najih.

Najih berharap agar Wiranto baik-baik saja, dan cepat sembuh sehingga bisa melakukan hal-hal yang produktif untuk bangsa Indonesia. “Semoga Pak Wiranto baik-baik saja, cepat sembuh dan tidak membebankan masalah pak Wiranto ini kepada bangsa dan negara,” ungkap Najih.

Di akhir, Najih mengingatkan kepada seluruh masyarakat dan pemerintah agar berbagai kondisi yang terjadi ini tidak mengalihkan perhatian dari kasus-kasus sensitif yang menjadi tuntutan publik yang belakangan marak terjadi. 

“Kami mengajak segenap masyarakat dan pemerintah untuk kemudian tidak mereduksi berbagai polemik yang terjadi belakangan. IMM akan terus mengawal berbagai permasalahan tersebut sampai dengan tuntas diselesaikan, seperti kasus meninggalnya Immawan Randi, undang-undang KPK, RKUHP dan yang lainnya,” tutupnya.