Shamsi Ali Kritik Rencana Jalan Ataturk di Jakarta

Shamsi Ali Kritik Rencana Jalan Ataturk di Jakarta
Imam Masjid Islamic Center of New York, Muhammad Shamsi Ali/(Nusantara Foundation)

MONITORDAY.COM - Rencana pemberian nama jalan di Jakarta dengan nama Atataurk sebagai bentuk kerjasama Indonesia-Turki mendapat protes dari banyak pihak. Imam Masjid Islamic Center of New York, Muhammad Shamsi Ali menilai tidak tepat menyandingkan sosok Kemal Attaturk dengan Soekarno, yang dalam hal ini akan digunakan menjadi nama jalan di Turki.

Menurut Shamsi, Soekarno merupakan sosok yang tetap memperhatikan urgensi agama, meskipun karena dorongan situasi politik saat itu Soekarno pernah mengembangkan filsafat politik gado-gado, yakni nasionalisme, agama dan komunisme (Nasakom).

"Sementara Kemal Attaturk tidak saja anti agama. Tapi menghancurkan segala hal yang dianggap berbau agama," kata ustaz Shamsi dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (22/10/2021).

Presiden Nusantara Foundation itu menambahkan, di kancah internasional Soekarno jelas sepak terjangnya. Menurutnya keberanian Soekarno dan kemampuannya yang didukung kharisma yang tinggi di mata tokoh-tokoh dunia menjadikannya mampu menjadi tokoh yang dihormati dan disegani.

"Salah satu peninggalan sejarah Soekarno dalam hubungan gobal adalah Gerakan Non Blok (Non Align Movement) atau organisasi negara-negara Asia Afrika. Hingga kini GNB adalah sub-organisasi terbesar setelah PBB dalam tatanan dunia global kita," lanjut Shamsi.

Sementara sosok Attaturk dinilai gagal baik di dalam dan luar negeri. Menurut Shamsi, Turki sejak masanya tidak mengalami kemajuan, bahkan dalam demokrasi dan perpolitikan. Karena sejak Attaturk berkuasa kekuatan politik tidak pernah murni di tangan rakyat. Kekuasaan ada di tangan militer. 

"Demikian pula perekonomian Turki amburadul dengan segala potensi yang dimilikinya. Barangkali embarrassment (rasa malu) terbesar Attaturk adalah kegagalan memasukkan Turki sebagai anggota NATO. Padahal telah menjual harga diri ke anggota NATO untuk diterima menjadi bagian dari mereka," kata Shamsi.

Justru, lanjut dia, Turki diterima jadi anggota NATO di saat Erdogan menjadi penguasa negeri itu. Hal ini menjadi catatan penting bahwa dalam hal urusan internasional (global matters) Attaturk tidak sebanding dengan Soekarno.  

"Ini harusnya menjadi dasar pemikiran bagi semua agar tidak mengambil sebuah langkah yang tidak perlu. Bahkan keputusan memakai nama Attaturk sebagai nama jalan di Menteng, kawasan yang bergengsi di Ibu Kota negara, dapat dicurigai sebagai upaya merongrong semangat beragama di Indonesia," tandas Shamsi.