Setelah Kata Maaf Itu
Setelah kata maaf itu, ternyata bukan titik. Melainkan koma, yang harus diwujudkan dalam aktualisasi tindakan.

LAKEYBANGET.COM - Momentum Lebaran jadi kala di mana kata-kata maaf bertebaran dengan berbagai redaksi. Pertanyaannya apa lagi setelah itu?
Perjuangan sesungguhnya adalah mengaktualisasikan kata-kata. Kamu mungkin benci dengan para politikus yang suka mengumbar janji via kata-kata. Tapi coba deh bertanya pada diri kamu, jangan-jangan kamu seperti para politikus tengik itu yang juga pandai berjanji via kata-kata. Dilihat dari hal sederhana saja sih. Seberapa banyak kata-katamu yang akhirnya benar kejadian bisa dilaksanakan dan nggak cuma berhenti di level omongan.
Setelah kata maaf, semoga bukan sekadar hipokrit atau kemunafikan. Ada lho ilmuwan yang bilang salah satu ciri sifat orang Indonesia: hipokrit. Jangan deh kita jadi orang hipokrit. Waktu Lebaran sampai keriting menyusun kalimat puitis meminta maaf, eh pas di tataran kenyataan, lidahnya masih menyakiti, tindakannya masih mengecewakan. Usahakan betul-betul agar sesuai antara kata dan perbuatan.
Kata maaf sesungguhnya adalah budaya malu dan tahu diri. Kalau di luar negeri ada budaya malu ketika mengampu jabatan publik. Biasa aja tuh mengundurkan diri karena menganggap dirinya gagal mengemban amanah jabatan. Itu namanya aktulisasi budaya malu dan permintaan maaf ke publik. Itu juga namanya tahu diri bahwa ternyata kompetensi belum mencukupi atau ada skandal pribadi yang menodai pelaksanaan jabatan publik.
Setelah kata maaf itu, ternyata bukan titik. Melainkan koma, yang harus diwujudkan dalam aktualisasi tindakan.