Sepenggal Kisah dari Medan Perang Melawan Pandemi

MONITORDAY.COM - Sebuah mobil ambulance bersiap di depan asrama Pusdiklat RSIJ di bilangan Cempaka Putih, Jakarta. Terlihat beberapa relawan nakes masuk ke dalam kendaraan itu. Pengemudi sudah siap. Beberapa orang sedang membantu mempersiapkan perlengkapan dan memeriksa perbekalan. Ada pula yang memberi semangat dan menguatkan hati. Mobil mulai melaju. Lima orang relawan nakes itu akan diantarkan untuk isolasi mandiri di RSDC Wisma Atlet.
Sepenggal suasana haru ini adalah bagian dari keseharian para nakes sejak pandemi menerjang negeri demi negeri. Para relawan yang terkonfirmasi positif Covid itu menyusul tiga orang lainnya yang sudah diberangkatkan ke Wisma Atlet pada Senin (5/7/2021).
Sebagian dari anak muda yang kini menjadi relawan menghadapi risiko dan tantangan yang berat. Kontras dengan keceriaan mereka sebagai generasi milenial dengan segala potensi dan masa depannya. Beberapa ungkapan mereka mengungkap fakta tentang kondisi relawan saat pandemi.
Sementara beberapa temannya sedang menjalani isolasi mandiri beberapa relawan tetap menjalankan rutinitasnya. Salah satu dari para relawan nakes adalah Ria Suliantika. Ia berasal dari Kalianda, Lampung Selatan, Lampung dan kini ditugaskan di paviliun Arafah Bawah RSIJ Cempaka Putih. Ia telah bertugas selama 6 bulan.
“Kesulitan dan tantangan yang kami hadapi karena minim tenaga kesehatan sehingga kita merasa kelelahan karena ekstra bekerja dan double shift,” ucap gadis itu.
Di masa normal pun tenaga kesehatan di Indonesia masih terbatas. Ketersediaan nakes sangat erat dengan politik anggaran sebuah negara. Seiring waktu sektor kesehatan memang terus berbenah. fasilitas kesehatan semakin membaik. Namun dilihat dari rasio jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah populasi dalam masyarakat masih belum memadai. Tentu saja salah satunya terkait anggaran yang tersedia untuk merekrut dan menggaji nakes yang terbatas.
Emi Novita yang berasal dari Baturaja, Palembang, Sumatera Selatan menegaskan bahwa saat bekerja menggunakan hasmat ia benar-benar merasa kepanasan dan tidak nyaman. Mau tak mau ia harus menjalankan protokol yang ketat termasuk menggunakan baju yang dapat melindungi dirinya dari paparan virus.
“Virus ini dapat menular melalui kontak tangan, harapan saya kedepan itu semoga negeri ini membaik dan virus tersebut secepatnya untuk menghilang, “lanjut Emi.
Menjadi tenaga kesehatan tentu tak semata-mata panggilan profesi bagi anak-anak muda ini. Mereka adalah generasi baru yang ingin melihat Indonesia yang lebih cerah dan maju. Indonesia yang penduduknya sehat dan produktif.
“Telah banyak yang kalah dalam melawan virus ini, doa terbaik untuk yang terpapar serta doa terbaik untuk para nakes agar selalu sehat dan dilindungi Allah,” pungkasnya.