Sepeda Listrik Karya Warga NTB Dikagumi Dirjen Kemenperin

MONITORDAY.COM - Sepeda listrik hasil karya warga di Nusa Tenggara Barat (NTB) dikagumi oleh Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Gati Wibawaningsih.
"Saya surprise dengan alat sederhana bisa bikin sepeda listrik seperti ini. Saya lihat sudah maju sekali," kata Gati saat mengunjungi tempat produksi sepeda listrik di Science, Technology and Industrial Park (STIPark) NTB di Kabupaten Lombok Barat, Kamis (10/6/2021).
Pada kunjungan tersebut, Gati bersama sejumlah anggota rombongannya mencoba mengendarai sepeda listrik Le-Bui hasil karya Gede Sukarma Jaya. Selain itu, ada pula sepeda listrik NgebUTS hasil karya Universitas Teknologi Sumbawa (UTS).
Usai mencoba mengendarai, Gati memberikan masukan agar kecepatan sepeda listrik tersebut bisa disesuaikan, misalnya bisa mencapai 60 kilometer per jam. Disisi lain, harganya juga perlu disesuaikan lagi karena relatif masih tinggi.
Lebih lanjut, ia menyebutkan pihaknya akan mencoba untuk membantu mencari pabrikan yang bisa menjadi mitra untuk menyuplai baterai penyimpan energi listrik, sehingga harga sepeda listrik NTB bisa lebih murah lagi.
"Harga masih tinggi, nanti kami pelajari biar harga lebih rendah. Kami evaluasi, kira-kira kerja sama seperti apa dengan pabrikan agar baterai bisa lebih murah lagi," ungkap Gati.
Walaupun harga masih relatif tinggi, Gati optimis sepeda listrik NTB akan terus berkembang dan diminati banyak orang. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah yang sudah terjual mencapai 200 unit.
"Saya yakin yang beli orang Lombok. Kita perlu apresiasi dari kita untuk kita. Dengan membeli produk sendiri dan mempromosikannya juga," ucapnya.
Sementara itu, Gede Sukarma Jaya selaku penemu teknologi sepeda listrik Le-Bui, mengatakan bahwa harga sepeda listrik hasil karyanya berkisar antara Rp20 hingga Rp60 juta per unit tergantung kapasitas baterainya.
Menurut dia, komponen yang paling mahal yaitu dinamo motor dan baterai. Dalam komponen kelistrikan tersebut menyumbang 40 persen dari harga sepeda listrik buatannya.
"Baterai yang dipakai adalah produk impor karena Indonesia belum punya pabrik baterai penyimpan energi listrik," terang Gede.