Sejarah Gula di Masa Kolonial

MONITORDAY.COM - Pasca kebangkrutan VOC atau Serikat Dagang Hindia Timur, Pemerintah kolonial harus mencari komoditas yang laku dijual di pasar dunia. Dan salah satu komoditas itu adalah gula. Pemerintah Kolonial Belanda pun memaksa rakyat Hindia Timur - yang kini disebut sebagai Indonesia- untuk menanam Saccharum Robustum -nama Latin dari tebu- yang akan diolah menjadi gula. Tanam Paksa Gula menjadi cara yang efektif untuk mengisi kas Pemerintah Hindia Belanda.
Sejarah gula tebu telah berlangsung ribuan tahun. Selama ribuan tahun tebu hanya dikunyah sebagai makanan manis, dan baru sekitar 3.000 tahun yang lalu orang-orang di Hindia pertama kali mulai memeras tebu dan memproduksi gula.
Pada pertengahan 1800-an, permintaan gula atau dalam bahasa Belanda disebut Zuiker meningkat tajam di pasar Eropa. Belanda pun mulai membangun industri gula besar di Jawa dengan mengeksploitasi penduduk asli. Gula tebu dari Jawa diakui berkualitas tinggi.
Onderneming atau perkebunan tebu pun berkembang pesat. Belanda mengumpulkan informasi rinci tentang lebih dari 10.000 desa dan membuat rencana di mana daerah tangkapan air diidentifikasi dengan radius sekitar 4-7 kilometer di sekitar setiap pabrik.
Saat itu terdapat 94 pabrik gula di Jawa. Pabrik-pabrik itu menggunakan tenaga air, mengolah tebu mentah menjadi gula rafinasi. Menurut Benjamin A Olken, profesor ekonomi MIT yang meneliti sejarah gula di Tanah Jawa tempat-tempat Belanda mendirikan pabrik gula tetap bertahan sebagai pusat manufaktur.
Sebelumnya rakyat bumiputera lebih mengenal gula aren atau brown sugar yang dibuat dari nira. Harriet Winfried (HW) Ponder dalam bukunya Javanese Panorama, yang diterbitkan di London, Inggris, sebelum Perang Dunia II tahun 1942, menyebutkan bahwa gula aren dari bumi Parahyangan memiliki cita rasa yang istimewa.
Gula memang manis. Hingga muncul pepatah ada gula ada semut. Komoditas ini mendatangkan cuan bagi penguasa kolonial. Bahkan hingga kini memunculkan kompetisi yang seringkali tidak sehat. Di era merdeka masih ada mafia gula, mereka yang bermain dan menguasai tata niaga komoditas ini.