Membuat Covid-19 Bertekuk Lutut

Sikap optimis adalah kunci membuat virus corona bertekuk lutut dan angkat kaki dari negeri ini.

Membuat Covid-19 Bertekuk Lutut
Ilustrasi/Net

HANYA dengan senjata optimisme virus corona dapat ditaklukkan. Karena itu, jala optimisme harus terus ditebar di tengah deraan pandemi global covid-19. Optimisme disertai keyakinan yang tinggi menjadi kunci dalam menghadapi wabah virus corona yang melanda negeri.

Di tengah bencana wabah yang sedang melanda dunia ini tidak jarang orang yang frustasi, terkesan berputus asa alias pesimis. Padahal di saat seperti ini, pesimis itu harus diubah jadi optimis. Sikap optimis harus melawan sikap pesimis dan pikiran positif harus melawan pikiran yang negatif. Karenanya, bagaimanapun keadaannya yang harus dikuatkan pertama kali adalah pondasi optimisme.

Dalam konteks musibah Covid-19 ini, dibutuhkan rasa optimis bahwa pemerintah mampu menangani corona. Optimis bahwa tim medis sebagai garda terdepan memberikan perawatan yang terbaik terhadap pasien.

Optimis terhadap masyarakat yang mau saling membantu dan taat mendengarkan imbauan pemerintah. Optimis terhadap media yang mewartakan berita-berita positif. Dan, optimis bahwa badai virus corona ini segera berlalu.

Namun realitas di lingkungan masyarakat, bahkan individu masing-masing saat ini banyak terpengaruh dengan perkataan yang bernada pesimis, mudah mengeluh, tidak sabar, dan menganggap semua yang terjadi adalah kesialan.

Padahal melalui ucapan bernada mengeluh adalah awal dari pesimisme. Betapa pentingnya ucapan yang baik sehingga mempengaruhi orang lain untuk selalu berkata baik dan berpikiran positif dan optimis.

Optimis adalah paham keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan dan sikap selalu mempunyai harapan baik di segala hal. Karena itu, optimisme sejatinya buah dari pikiran yang positif. 

Ketika pikiran-pikiran yang positif bekerja dalam mesin otak, di saat yang sama energi positif itu pun langsung menjalar ke segala pergerakan tubuh yang kemudian melahirkan jiwa dan raga yang sehat.

Bahkan energi itu menciptakan sikap percaya diri, rasa bahagia, semangat, dan optimisme. Itulah mengapa, berpikir positif amat penting dalam menghadapi problematika kehidupan.

Sama halnya saat menghadapi virus corona ini. Jika semua pihak khususnya masyarakat memiliki optimisme yang tinggi, bukan tidak mungkin dalam waktu cepat wabah covid-19 segera beranjak pergi. 

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat optimisme masyarakat, Konsultan Brand ETNOMARK melakukan survei untuk mengenali gaya perilaku masyarakat Indonesia di masa pandemi Covid-19 ini.

Survei itu mengungkapkan, pada hasil terkait perilaku karakter psikologis, sebanyak 64 persen responden menyatakan sebagai orang yang optimistis di tengah kondisi pandemi Covid-19.

Secara menyeluruh, survei ini mendapati bahwa 70 persen dari keseluruhan responden berperilaku sosialisme dan berorientasi pada sesama. Masih ada 27 persen responden yang berperilaku positif tetapi masih berorientasi pada diri sendiri dan 3 persen cenderung egosentris.

“Sebanyak 70 persen dari 609 responden termasuk kategori orang dengan gaya perilaku sosialisme dan berorientasi pada sesama. Ini sejalan dengan kultur masyarakat Indonesia dan khususnya dalam masa sulit seperti ini, kepedulian dan saling tolong menolong itu penting,” kata Brand Consultant dan Ethnographer Director ETNOMARK Consulting, Amalia E. Maulana di Jakarta.

Siapapun akan tersenyum lebar begitu mengetahui hasil survei Konsultan Brand ETNOMARK tersebut. Betapa tidak, masyarakat ternyata tak hanya memiliki rasa optimisme, tapi juga memiliki jiwa kepedulian yang tinggi.

Hal ini patut dipertahankan bahkan bila perlu terus ditingkatkan. Sebab, rasa optimisme dan jiwa kepedulian sejatinya adalah kunci dasar untuk membuat virus corona bertekuk lutut dan angkat kaki dari negeri ini. Maka tebarkanlah selalu jala optimisme!