Segmentasi Umur dalam Kampanye Ahok-Djarot
Kebijakan KJL sendiri sekalipun secara peruntukan untuk mereka yang lansia, namun persepsi positif yang ditimbulkan bisa menyasar berbagai segmentasi usia.

MONDAYREVIEW.COM – Pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat terus bergiat berkampanye di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta. Jika memantau pemberitaan, maka dua isu menarik perhatian yakni Ahok Show dan Kartu Jakarta Lansia (KJL).
Sejak 17 Maret (tiap Jumat jam 19.00-20.00 WIB) di akun Instagram, Facebook, dan Youtube milik Ahok dihelatlah Ahok Show. Apa yang dilakukan Ahok merupakan upaya untuk memenangkan hati para pemilih muda yang aktif berselancar di dunia maya.
Program Ahok Show merupakan kampanye di era digital yang memungkinkan untuk menyapa pemilih tanpa harus bertemu langsung secara fisik. Jika merujuk pada sejumlah resistensi terhadap kehadiran Ahok di lapangan, maka metode kampanye digital ini akan mengurangi kegaduhan. Seperti diketahui kehadiran Ahok sempat ditolak di beberapa daerah Jakarta. Penolakan ini tentu menimbulkan persepsi bahwa Ahok tertolak dan mempertegas sosoknya yang kerap berkonflik dengan warga.
Kampanye Ahok di putaran kedua sendiri menurut beberapa media diistilahkan sebagai kampanye senyap. Ahok tak terlampau sering terlihat berkampanye di hadapan publik. Djarot lebih banyak dimunculkan untuk blusukan ke mana-mana.
Pilihan tersebut dinilai strategis untuk mengurangi damage dari Ahok dengan sejumlah konflik vis a vis-nya. Sementara itu Djarot yang disorongkan ke depan, diharapkan mampu meningkatkan suara pada Pilkada DKI Jakarta yang dihelat pada 19 April 2017.
Kembali ke soal Ahok Show, area media sosial merupakan arena bagi Ahok. Buzzer dari tim Ahok selama ini telah terlatih dalam mengusung isu dan menangkal berita negatif. Tambahkan lagi para simpatisan yang akan meng-echo-kan apa yang dikatakan oleh Ahok.
Lalu, seberapa besarkah pemilih usia muda di Pilkada DKI Jakarta? Jika merujuk pada KPU DKI mencatatkan angka 29 persen pemilik hak suara di Jakarta berusia 17-30. Jumlah pemilih muda itu mencapai angka 1.347.855 jiwa.
Sementara itu, seperti dilansir CNN Indonesia berdasarkan penelitian Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, orang muda dalam rentang usia 20-24 tahun dan 25-29 tahun memiliki angka penetrasi hingga lebih dari 80 persen sebagai pengguna internet Indonesia.
Kartu Jakarta Lansia
Di sisi lain, segmentasi untuk mereka yang berusia lanjut coba dibidik melalui Kartu Jakarta Lansia (KJL). Program KJL menjanjikan dana Rp 600 ribu/bulan kepada orang tua yang berhak mendapatkannya. KJL akan diberikan terhadap orang tua miskin yang anak atau cucunya tidak sanggup membiayai kebutuhan hidup.
Kebijakan KJL sendiri sekalipun secara peruntukan untuk mereka yang lansia, namun persepsi positif yang ditimbulkan bisa menyasar berbagai segmentasi usia. Ibarat sekali kayuh, berbagai segmen umur dapat terdapati. Mereka yang berusia muda pun bisa simpatik dengan program Kartu Jakarta Lansia. Terlebih lagi di Indonesia, konflik program politik antara yang muda dan tua belum terjadi. Tidak seperti di negara Amerika Serikat, Eropa atau Asia dimana kaum muda meradang ketika mengetahui uang pajak mereka digunakan untuk ceruk umur mereka yang berusia lansia.