Saatnya Menyambut Era Neobank atau Bank Digital

MONITORDAY.COM - Inilah era kehadiran neobank atau bank digital seiring dengan perkembangan teknologi digital dan tuntutan kecepatan dan kenyamanan dalam transaksi. Di satu sisi, pihak bank tidak bisa lagi menunggu untuk berinvestasi dalam transformasi digital karena pelanggan semakin ingin beralih ke fitur digital. Pembayaran tagihan, pembayaran seluler, dan aplikasi pinjaman kini banyak dilakukan secara daring. Cukup dengan klik di gawai maka urusan selesai.
Di sisi lain, hakekatnya perbedaan bank digital dengan bank konvensional hanya terletak dalam pelayanan, dimana bank digital semua layanannya berbasiskan secara daring atau online. Sementara bank konvensional masih memiliki kantor cabang yang pelayanan bisa bertatap muka. Salah satu tantangan terbesar bank digital adalah keamanan data nasabah.
Dengan menjadi bank digital, semua transaksi nasabah akan dilakukan secara online. Perbankan harus memiliki sistem yang canggih agar dapat mendeteksi nasabah. Seperti penggunaan sistem pembaca wajah dan sejenisnya sebagai salah satu upaya menjaga keamanan data nasabah.
Selain itu, bank harus memastikan bahwa oknum internal mereka tidak bisa menduplikasikan sistem milik bank dan tidak menyalahgunakan data nasabah. Bank harus bisa memastikan kepada nasabah bahwa data mereka tidak bisa diambil atau dipalsukan oleh oknum. Semua data sudah langsung by sistem.
Perbankan digital adalah bentuk digitalisasi (atau bergerak online) dari semua aktivitas dan layanan program perbankan tradisional yang secara historis hanya tersedia bagi pelanggan ketika secara fisik berada di dalam cabang bank.
Sedangkan bank digital sendiri adalah bank itu sendiri yang hadir secara online untuk memberikan pelayanan seperti bank tradisional, sehingga pengguna tidak perlu keluar rumah untuk bisa melakukan transaksi. Kegiatan ini termasuk melakukan deposit, penarikan dan transfer uang, memeriksa dan mengatur manajemen akun, mendaftar untuk produk keuangan, manajemen pinjaman, bayar tagihan, dan melakukan layanan akun.
Mengantre di loket teller atau di depan mesin ATM terasa sangat ketinggalan zaman. Apalagi di tengah pandemi dengan segala pembatasannya. Preferensi konsumen dengan cepat bergeser ke perangkat online dan mobile. Banyak organisasi keuangan termasuk bank harus berusaha keras untuk menyesuaikan pengalaman perbankan mereka dengan platform online dan ke layar perangkat seluler yang lebih kecil.
Bank Digital, e-commerce, dan kredit konsumsi
Menurut Ekonom INDEF Bhima Yudhistira kredit konsumsi diyakini akan terdorong naik dengan kehadiran bank digital. Karena, sesuai permintaan pasar, konsumen biasanya punya permintaan yang spesifik.
Kredit konsumsi pasti terdorong naik dengan kehadiran bank digital. Ini sesuai demand di market dimana konsumen punya preferensi spesifik. Bank digital bisa membaca pola kebutuhan tiap konsumen dengan big data dan artificial intelligence. Apalagi bank digital hasil merger dengan startup e-commerce atau transportasi online.
Sebagian pengamat berpendapat kehadiran Bank Digital ke dalam tingkat pertumbuhan kredit tidak akan banyak mengalami perubahan signifikan. Pertumbuhan kredit tetap rendah bahkan negatif, termasuk kredit konsumsi. Artinya tidak ada pengaruh dari bank digital untuk mendorong konsumsi. Yang membantu konsumsi itu adalah layanan digital dari e-commerce. Bukan untuk meningkatkan konsumsi. Hanya menahan turunnya konsumsi di tengah pandemi. Kondisinya akan berbeda kalau nanti pandemi sudah berlalu.