Rupiah Menguat, Optimisme Merebak
Rupiah menguat di akhir pekan karena supply-demand. Menurut Bank Indonesia, hal ini karena kepercayaan pasar yang kembali pulih. Arus modal asing yang masuk melalui instrumen Surat Berharga Negara mencapai 1,8 Triliun Rupiah sepanjang pekan pertama November 2018 ini.

MONITORDAY.COM - Rupiah menguat di akhir pekan karena supply-demand. Menurut Bank Indonesia, hal ini karena kepercayaan pasar yang kembali pulih. Arus modal asing yang masuk melalui instrumen Surat Berharga Negara mencapai 1,8 Triliun Rupiah sepanjang pekan pertama November 2018 ini.
Faktor eksternal yang memberi penaruh positip adalah pembicaraan antara Presiden Trump dengan mitranya Presiden Xi Jinping di sela-sela KTT G 20 di Buenos Aires. Pembicaraan antara keduanya disebutkan oleh Trump cukup meggembirakan. Hal ini diharapkan bisa mengurangi ketegangan akibat Perang Dagang anatara AS dan Tiongkok.
Kemajuan yang diperoleh dari perundingan Brexit antara Uni Eropa dan Inggris serta meningkatnya data Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) Uni Eropa berdampak positif terhadap posisi euro sehingga turut berimbas pada penguatan rupiah.
Demikian juga dengan faktor internal. Disepakatinya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 dengan defisit fiskal disetujui di bawah 2 persen yang dibarengi dengan penurunan imbal hasil dan adanya peluncuran implementasi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) oleh BI
Mata uang di negara-negara emerging market relatif menguat. Hanya Dollar Hongkong dan Yen yang melemah. Pada penutupan perdagangan pekan kemarin Rupiah dilaporkan menguat hingga 1,16%. Rupiah menjadi mata uang yang mengalami rebound paling signifikan di Asia.
Sebagaimana diprediksi banyak kalangan, kedua pemimpin negara adikuasa ekonomi itu akan mencapai kesepakatan untuk mengakhiri Perang Dagang yang sejauh ini menguntungkan AS. Ekonomi negara adidaya itu tumbuh pesat dan angka penganggurannya turun di bawah 4%.