Rumah Produksi Bersama Tingkatkan Daya Saing Produk dari Sentra Produksi

MONITORDAY.COM - Koperasi dan UMKM memiliki daya tahan yang tinggi dalam menghadapi berbagai tekanan. Meski demikian daya saing, kualitas dan daya tembusnya di pasar regional dan global perlu ditingkatkan dengan strategi yang jitu. Agar mampu menembus pasar ekspor perlu sinergi dan kolaborasi antar UMKM untuk membangun brand dan memenuhi standar kualitas ekspor.
Sebagaimana kita ketahui, hasil survei OECD 2018 menunjukkan daya saing terkait kualitas dan standar produk Indonesia masih di peringkat empat untuk kawasan Asia Tenggara. Data itu menunjukkan UMKM di Tanah Air masih harus terus berbenah untuk bisa meningkatkan daya saing. Jangan sampai hanya para pemain besar saja yang sanggup memenuhi standar produk ekspor.
Pemerintah khususnya Kementerian Koperasi dan UMKM perlu fokus untuk meningkatkan ekspor adalah perusahaan menengah, bisa beralih dari teknologi sederhana menjadi teknologi maju sehingga bisa mendapatkan sertifikasi kelas dunia.
Salah satu strategi itu adalah membangun rumah produksi bersama atau “sharing factory”. Langkah ini terbukti berhasil diterapkan di Sumatera Barat hingga mampu mendorong produk ekspor rendangnya. Berkaca dari keberhasilan tersebut Pemerintah berniat membangun rumah produksi bersama kluster bawang merah di Brebes, Jawa Tengah. Ini juga sebagai salah satu upaya untuk menjadikan hasil pertanian sebagai produk unggulan suatu wilayah.
"Kita mempunyai program rumah produksi bersama UMKM, dan salah satu sasarannya adalah Kabupaten Brebes. Untuk sementara di Brebes ini, kita fokuskan kepada produk olahan bawang merah," ujar Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Arif Rahman Hakim.
Upaya tersebut dilakukan sebagai salah satu solusi pemerintah dalam mengatasi anjloknya harga bawang merah di Brebes saat musim panen raya
Rumah produksi bersama itu sebenarnya merupakan sebuah metode supaya pelaku UMKM bisa memenuhi skala ekonomi. Di Brebes misalnya, banyak petani bawang merah dan menjadi daerah sentra penghasil bawang merah. Namun ketika para petani bawang merah itu mengolah hasil dari pertaniannya sendiri-sendiri tentu tidak akan memenuhi skala ekonomi, karena biayanya menjadi terlampau mahal.
Sebelumnya Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki bakal mendorong pelaku UMKM dengan jenis produk yang sama agar bergabung dengan sentra produksi besar. Rumah produksi bersama akan menjawab masalah perbaikan standar produk.
Menurut Teten produknya bisa diringkas dalam satu atau dua brand saja sehingga kapasitas produksinya besar, dan persaingan antar UMKM tidak terlalu keras. Misalnya bakpia patok yang persaingannya sudah tidak sehat karena brand-nya terlalu banyak, sebaiknya dikonsolidasi menjadi beberapa brand saja.
Langkah membangun rumah produksi bersama ini tentu memiliki tantangan tersendiri di lapangan. Kemampuan petani dalam membangun kolaborasi membutuhkan dukungan berbagai pihak. JIka langkah ini dapat diwujudkan di banyak sentra produksi pertanian diyakini akan mampu mendorong demokratisasi pertanian. Pun akan menjadi pusat-pusat keunggulan baru yang didukung dengan sentuhan inovasi.