Riset Baterai di Kalangan Kampus Berkolaborasi Dengan Start Up

Riset Baterai di Kalangan Kampus Berkolaborasi Dengan Start Up
Agus Purwanto. Peneliti Pertama Baterai Lithium di Indonesia dari UNS/ net

MONITORDAY.COM - Perkembangan baterai semakin pesat. Salah satunya terkait transisi energi yang mendorong dunia meninggalkan energi fosil. Kendaraan listrik membutuhkan batere sebagai nyawanya. Dalam baterai energi listrik disimpan dan digunakan untuk menggerakkan motor listrik. Pilihan teknologi baterai bersaing dengan penggunaan fuel cell atau bahan bakar hidrogen.  

Baterai juga sangat banyak digunakan pada gawai. Laptop dan ponsel kita membutuhkan baterai dengan kapasitas dan keunggulan yang terus meningkat. Baterai sekali pakai sudah lama kita gunakan. Sekarang pun piranti seperti remote control masih banyak menggunakannya. Tentu dengan kapasitas yang kecil. 

PLTS atau solar panel juga terhubung dengan baterai. Tanpa menggunakan Baterai Panel Surya, mesin panel tidak akan berfungsi dengan baik. Baterai Panel Surya yang digunakan oleh mesin panel cahaya matahari biasanya berupa aki yang merupakan teknologi lama dengan kapasitas terbatas. Panel Surya memiliki daya tahan 20 - 25 tahun. Baterai dan beberapa komponen lainnya dengan daya tahan 3 - 5 tahun.

Salah satu bahan utama baterai adalah Lithium. Atau bisa dikatakan lithium ion yang paling populer.Ada banyak alternatif material lainnya. Di samping itu ada bahan lain yang digunakan dalam pembuatan baterai. Ibarat rumah baterai membutuhkan material Nikel Mangaan Cobalt sebagai lantai dan dindingnya. 

Terkait dengan perkembangan riset baterai lithium, pakar UNS Agus Purwanto memaparkan beberapa hal penting dalam virtual meet Tamu Redaksi Senin (29/11/2021). 

Dari penelusuran monitorday.com, start up industri baterai makin eksis. Salah satunya adalah investor startup yang berbasis di Indonesia, UMG Idealab berencana mengembangkan baterai lithium berumur 20 tahun untuk mobil listrik pada 2022. Idealab juga membuat teknologi sel surya.

Agus menjelaskan bahwa setiap investor raksasa yang masuk dalam pengembangan industri baterai cenderung membawa teknologinya sendiri. Sehingga upaya mengembangkan riset baterai di kalangan perguruan tinggi lebih banyak yang menggandeng perusahaan rintisan atau start up

Riset Indonesia tetap berpeluang dan penting. Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, kegiatan riset dan inovasi pada kendaraan listrik dapat menjadi titik penting untuk menyiapkan industri dalam negeri dalam mendukung era kendaraan listrik di Indonesia. “Tidak kalah penting, regulasi serta insentif juga harus disinergikan, komitmen pemerintah telah terlihat dengan adanya target menghentikan penjualan kendaraan konvensional pada 2040 untuk roda dua, dan 2050 untuk roda empat,” terangnya.

Handoko menjelaskan, BRIN hadir sebagai solusi rendahnya critical mass untuk menjadi hub kolaborasi dan enabler multi pihak baik dalam negeri maupun luar negeri. Pemerintah sudah menyiapkan ekosistem kendaraan listrik setelah terbitnya Peraturan Persiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. “Meski perkembangan industri mobil listrik sudah berjalan cepat khususnya tiga tahun terakhir, namun untuk dapat mengejar perkembangan global maka BRIN akan fokus pada tiga teknologi kunci yaitu teknologi motor, teknologi baterai dan teknologi Charging Station,” sebutnya.

Penguasaan teknologi motor, baterai dan charging station, menurut Handoko, juga harus diimbangi dengan perhitungan Tingkat Komponan Dalam Negeri (TKDN) kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian No 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi, Peta Jalan Pengembangan, dan Ketentuan Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.