Dosen ITB Kembangkan Teknologi Baterai Mobil Listrik

Dosen ITB Kembangkan Teknologi Baterai Mobil Listrik
ektor ITB, Akhmaloka usai mencoba mobil listrik pada persiapan karnaval Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-17 di Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat. Rabu (8/8). TEMPO/Aditya Herlambang Putra

MONITORDAY.COM - Seiring kemajuan teknologi dan demi mengurangi bahan bakar fosil, kendaraan kini mulai beralih jadi bertenaga listrik. Seperti halnya mobil listrik. Salah satu komponen utamanya ialah baterai. Menurut c, Afriyanti Sumboja, Ph.D., teknologi baterai yang saat ini digunakan untuk bahan bakar mobil listrik masih bisa terus dikembangkan. 

Hal ini disebabkan masih banyak keterbatasan yang dimiliki oleh baterai dari segi kinerjanya, seperti kapasitas energi yang relatif kecil dan harga material baterai yang sangat mahal.

Dikatakan, baterai merupakan seperangkat alat yang terdiri dari katoda, anoda, larutan elektrolit, dan separator. Katoda merupakan oksida logam yang biasanya mengandung bahan baku zat litium, sedangkan anoda adalah senyawa logam yang biasanya terbuat dari karbon. 

Pada penerapannya, baterai yang menggunakan litium sebagai bahan baku pembuatan katoda kurang memiliki kapasitas energi yang tinggi sehingga penggunaan mobil listrik yang bersumber bahan bakar baterai ini tidak menjadi efektif karena jarak tempuhnya yang relatif kecil. Usulkan nikel jadi bahan baku baterai Oleh karena itu, Afriyanti bersama peneliti lain mengusulkan nikel sebagai bahan baku pengganti untuk pembuatan katoda baterai. Nikel merupakan salah satu unsur yang memiliki kelebihan dalam menghasilkan kapasitas energi yang tinggi akibat reaksi reduksi/okdisasi yang terjadi. 

Dalam hal ini, Mn dan Co dipilih sebagai unsur pelengkap bahan baku pembuatan katoda karena sifatnya yang stabil sehingga bisa mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh nikel. Sisi positif dari penggunakan nikel adalah reaksi reduksi oksigen yang dapat menghasilkan densitas energi yang tinggi. 

Sisi negatifnya, material ini tidak stabil sehingga densitas energi yang dihasilkan akan cepat turun atau dengan kata lain, baterai akan cepat rusak. 

"Oleh karena itu, unsur Co dan Mn dibutuhkan untuk menjaga stabilitas strukturnya," jelasnya, sebagaimana dilansir dari kompas.com, Sabtu (27/11/2021)

Akibat dari sisi positif dan negatif yang dimiliki masing-masing unsur, pembuatan katoda dengan bahan baku ini memerlukan komposisi yang tepat agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Hingga kini, jenis baterai yang dikembangkan dengan material ini memiliki dua tipe, yaitu NCA dan NCM. Kedua tipe ini digolongkan berdasarkan jenis unsur material digunakan, misalkan NCM yang terbuat dari nikel, cobalt, dan mangan.