Relokasi Etnis Rohingya Dinilai Tidak Manusiawai
Sekitar 1.600 pengungsi Rohingya dipindahkan ke Bhasan Char, sebuah pulau yang rawan banjir di Teluk Benggala dianggap tidak manusiawi.

MONITORDAY.COM - Sekitar 1.600 pengungsi Rohingya dipindahkan ke Bhasan Char, sebuah pulau yang rawan banjir di Teluk Benggala, pada Jumat ini dinilai tak manusiawi sehingga menuai ragam tanggapan.
Meski Pemerintah Bangladesh mengatakan mereka semua telah setuju untuk dipindahkan. Namun pengungsi Rohingya di Bangladesh mengatakan kepada BBC pada Oktober bahwa mereka tidak ingin dipindahkan ke pulau itu.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah menyuarakan keprihatinan bahwa banyak keluarga yang direlokasi ke pulau itu di luar keinginan mereka.
Dilansir BBC pada Jumat (04/12/2020), Human Rights Watch mengatakan telah mewawancarai 12 keluarga yang namanya ada di daftar relokasi tetapi tidak mengajukan diri untuk pergi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan telah diberikan “informasi terbatas” tentang relokasi dan tidak terlibat.
Menteri Luar Negeri Bangladesh Abdul Momen mengatakan pada Kamis malam bahwa pemerintah “tidak akan membawa siapa pun ke Bhasan Char secara paksa. Kami mempertahankan sikap ini”.ujarnya.
Etnis Rohingya telah mengungsi dari Myanmar setelah penindasan militer yang dimulai pada tiga tahun lalu, di mana menurut PBB lebih dari 10.000 orang terbunuh, sementara 730.000 lainnya dipaksa untuk menyelamatkan diri.
Ratusan ribu pengungsi Rohingya sejak itu tinggal di Cox’s Bazar, kamp pengungsi yang luas di negara tetangga Bangladesh.
Rashida Khatun, 55, mengatakan kepada BBC pada bulan Oktober bahwa anak-anaknya termasuk di antara 300 pengungsi awal yang dikirim ke Bhasan Char, bertentangan dengan keinginan mereka pada awal tahun ini setelah menghabiskan beberapa bulan di laut berusaha meninggalkan Bangladesh. Ketika wartawan BBC mengunjungi pulau itu pada Oktober, mereka tidak diberi akses ke pengungsi yang sudah tinggal di sana.
Pada hari Kamis, seorang pria berusia 31 tahun mengatakan kepada Reuters sambil menangis melalui telepon saat dia naik bus dari Cox’s Bazar: “Mereka telah membawa kami ke sini dengan paksa. Tiga hari yang lalu, ketika saya mendengar bahwa keluarga saya ada dalam daftar, saya melarikan diri dari blok, tapi kemarin saya ditangkap dan dibawa ke sini. “
Kelompok HAM Sebut Relokasi Etnis Rohingya Dilakukan secara Paksa
Mohammad Shamsud Douza, wakil pejabat pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab atas pengungsi, mengatakan relokasi itu bersifat sukarela. “Mereka pergi ke sana dengan senang hati. Tidak ada yang dipaksa. Pemerintah telah mengambil semua langkah untuk menangani bencana, termasuk kenyamanan hidup dan mata pencaharian mereka,” katanya.
Otoritas Bangladesh telah membangun di pulau itu selama tiga tahun, dengan biaya $ 350 juta (£ 270 juta). Tujuan mereka adalah merelokasi lebih dari 100.000 pengungsi untuk meredakan ketegangan di dalam kamp-kamp pengungsian di Bangladesh.
Awal tahun ini, Amnesty International merilis laporan yang memberatkan tentang kondisi yang dihadapi oleh 306 Rohingya yang sudah tinggal di pulau itu.
Laporan tersebut berisi dugaan kondisi kehidupan yang sempit dan tidak higienis, terbatasnya fasilitas makanan dan perawatan kesehatan, kurangnya telepon agar pengungsi dapat menghubungi keluarga mereka, serta kasus pelecehan seksual oleh angkatan laut dan pekerja lokal yang melakukan pemerasan. .