PW. Nasyiatul Aisyiyah Jabar Gelar Diskusi Buku Dari Jendela Rumah

PW. Nasyiatul Aisyiyah Jabar Gelar Diskusi Buku Dari Jendela Rumah
Tangkapan layar materi yang disampaikan oleh Muchlas Rowi dalam diskusi yang diselenggarakan Nasyiatul Aisyiyah Jawa Barat (istimewa)

MONITORDAY.COM - Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Jawa Barat melakukan kegiatan rutin berliterasi dengan tema kesehatan. Melalui media Zoom meeting kegiatan ini dapat diikuti peserta se-Jawa Barat. Sebelum kegiatan tersebut, telah diselenggarakan Optimalisasi Administrasi Organisasi guna mendisiplinkan administrasi organisasi.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber M. Muchlas Rowi dan dr. Rachma Wardani. Pada kegiatan ini, Muchlas Rowi bercerita mengenai pengalamannya ketika sedang positif Covid-19. Mulai dari penyebab terpapar hingga cara menyikapinya sampai sembuh. Cerita utuhnya sudah tertulis dalam buku yang bertajuk “Dari Jendela Rumah”.

Muchlas mengawali ceritanya dengan menyampaikan bagaimana beliau lengah terhadap pandemi saat itu. Satu minggu lalai melakukan prokes (protokol kesehatan) ketika beraktifitas, mengakibatkan ia mengalami demam yang cukup tinggi. Istrinya sudah melakukan pertolongan pertama dengan cara mengompresnya, namun tak kunjung reda. Akhirnya setelah ditest SWAB dan didapati hasil pemeriksaannya positif Covid-19 selang 1 jam setelah test.

Keadaan tersebut sempat membuat bapak dan keluarga berfikir untuk pergi ke RS terdekat guna melakukan perawatan. Namun setelah didiskusikan kembali, sang istri lebih memilih untuk isolasi mandiri. Berbagai hal disiapkan oleh istri bapak. Mulai dari protokol resmi isolasi mandiri, hingga pengkondisian keluarga. Menghadapinya secara bersama-sama dan membangun keyakinan bahwa positif covid bukanlah aib merupakan bagian dari proses penyikapan yang diambil oleh bapak dan keluarga.

Ketika keputusan tersebut diterima, ada banyak respon positif yang datang. Diantaranya adalah banjirnya dukungan dari berbagai kalangan. Pengalaman ini bapak bagikan di akun media sosial pribadi supaya bisa berbagi cerita dengan sesama pengguna akun tersebut. Dari keluarga sendiri tidak mengalami kesulitan yang pelik karena anak-anak seolah sudah disetting untuk faham dengan cepat mengenai kondisi ini. Tidak ada yang berubah, hanya pembatasan wilayah yang harus dipatuhi oleh keduanya.

Tempat yang Bapak tinggali saat melakukan isolasi mandiri adalah lantai 2. Sementara anggota keluarga lain tinggal di lantai 1 dan 3. Ini cukup efektif karena Bapak masih bisa melihat aktifitas buah hatinya melalu jendela rumah lantai 2. Tidak hanya untuk berkomunikasi dengan anak-anak, namun juga dengan sanak saudara lain yang kebetulan datang untuk sekedar memberikan dukungan.

Ini sungguh fenomena yang unik, karena kita menyelesaikan rasa kangen antara satu sama lainnya melalui sebuah jendela. Dengan berbagi kode salah satu diantara kami, tergesa menghampiri tempat biasa untuk bertatap muka. Yaitu jendela rumah.

Pada saat ini pula, saya dengan istri saya saling menguatkan satu sama lain dengan mulai menerapkan pola hidup yang teratur sesuai anjuran WHO. Usai sholat Isya kami sudah beristirahat, lalu bangun ketika waktu Qiyam sudah datang sekitar sepertiga malam.

Setelah itu, menuangkan segala harapan dan keluh kesah kami kepada yang yang Maha Kuasa. Pola makan tidak lupa kami persiapkan dengan baik termasuk vitamin dan suplemen pendukung lainnya.Tak terasa, kebiasaan baru ini yang membuat imunitas saya naik drastis. Ketenangan dan kenyamanan membuat kami yakin akan menemukan kembali sehat.

Dengan imunitas yang mulai naik, maka sedikit demi sedikit fungsi indra yang sempat hilang mulai kembali. Terutama indra penciuman. Ini merupakan nikmat yang sungguh besar yang pada saat itu saya rasakan. Bertapa bahagianya dapat kembali mendapatkan penciuman yang baik. Begitulah cara kami melakukan proses isolasi mandiri yang dilakukan selama beberapa minggu di rumah.

Tidak hanya itu, kami juga bertekad untuk bersama-sama melawan Covid-19 ini. Prokes juga menjadi perhatian yang akan kami pertahankan, mulai dari menggunakan masker, mencuci tangan dan berjaga jarak. Berbagi dengan sekitar, termasuk tetangga terdekat.

Dr. Rachma mencoba menghighlight beberapa hal dari pengalaman terpaparnya Covid-19 yang dialami narasumber sebelumnya.Pertama adalah “waktu abai”, ada konsep segitiga epidemiologi antara agent, host, dan environment. Semuanya harus diperhatikan, karena berbagai kemungkinan dapat terjadi dari ketiganya.

Kedua adalah memilih isolasi mandiri. Pada sesi ini yang dapat kita tiru bersama adalah Kerjasama dalam keluarga. Dukungan istri, kesabaran pasien positif, dan ketenangan anak-anak. Jika dianalogikan, hampir sama dengan fenomena Nabi Ayub yang juga mengalami ujian penyakit dari Alloh SWT. Hikmah yang dapat diambil dari kisah Nabi Ayub juga adalah kesabaran dan kerjasama untuk tetap taat kepada Alloh. 

Pesan dari dr. Rachma adalah pertama memiliki sahabat yang baik. Hal itu merupakan anugrah, bagaimanapun juga kebaikan yang dimiliki sahabat-sahabat kita, secara tidak langsung akan kita rasakan juga. Kedua adalah keluarga yang saling mendukung. itupun tidak kalah penting kehadirannya.

Ada tiga hal yang dapat dipegang oleh kita dengan baik-baik, yaitu peduli, sabar dan syukur, maka nikmat hidup akan terus kita rasakan sepanjang hidup kita. Terakhir, teladan yang dapat diambil dari buku “Dari Jendela Rumah” adalah “menulislah apa yang dialami, tulis apa yang dibicarakan dengan bahasa ringan, dan bicarakan apa yang kita tulis”.