Proyek One Belt One Road Cina dan Pinjaman Lunak yang Mengkhawatirkan

ukan hanya negara berkembang yang berhutang kepada Cina, tapi juga negara Adidaya seperti AS juga mendapat kucuran dana pinjaman sebesar 1,1 triliun dolar AS dalam bentuk obligasi pemerintah tertulis dala artikel Australian Broadcasting Corporation (ABC) News.

Proyek One Belt One Road Cina dan Pinjaman Lunak yang Mengkhawatirkan
Jalur Perdagangan Cina (Sumber : ABC News)

MONITORDAY.COM - Bukan hanya negara berkembang yang berhutang kepada Cina, tapi juga negara Adidaya seperti AS juga mendapat kucuran dana pinjaman sebesar 1,1 triliun dolar AS dalam bentuk obligasi pemerintah tertulis dala artikel Australian Broadcasting Corporation (ABC) News.

Isu utama terkait investasi Cina di berbagai negara, adalah kebijakan utama Pemerintahan Presiden Xi, proyek bernama One Belt One Road (OBOR). OBOR bernilai triliun dolar dengan tujuan menghubungkan negara-negara di berbagai benua untuk tujuan perdagangan, dengan Cina sebagai pusatnya.

Cina menyebut proyek OBOR sama-sama menguntungkan bagi ambisi perdagangan globalnya serta untuk negara-negara berkembang yang butuh infrastruktur. Namun kenyataan di lapangan, kini sejumlah negara rentan terjebak dalam lilitan utang Cina.

Pada 2011, Tajikistan telah menyerahkan tanah di perbatasannya yang disengketakan dengan Cina sebagai bentuk pembayaran utang. Cina juga mengucurkan pinjaman satu miliar dolar lebih bagi Montenegro untuk membangun jalan raya yang menghubungkan Port of Bar dengan Serbia. Proyek itu sendiri dikerjakan perusahaan konstruksi Cina.

Namun, akibat nilai tukar mata uang dan cetak-biru proyek itu, terjadi pembengkakan biaya sehingga hanya bisa terbangun sebagian. Montenegro kini terancam menghentikan proyek itu atau menegosiasi pinjaman lebih besar ke Cina, menyebabkan negera itu kian terjerat lebih jauh dalam pengaruh Beijing.

Banyak negara berkembang yang telah menikmati infrasktruktur yang baru, seperti jalan raya dan juga transportasi baru. Namun mungkin hanya masalah waktu sampai mereka akhirnya terjebak utang. Meningkatnya ketergantungan pada investasi Cina di seluruh dunia meningkatkan kekhawatiran tentang dinamika geopolitik di abad ke-21.

Sejumlah negara, dipicu oleh kasus Srilanka tahun lalu, mulai melepaskan diri dari ketergantungan mereka pada pinjaman Cina. Nepal dan Pakistan misalnya telah membatalkan proyek-proyek infrastruktur pada 2017 dilansir pada (19/11).