Prof Rokhmin Ungkap Strategi Capai Produksi Udang Budidaya 2 Juta Ton

Prof Rokhmin Ungkap Strategi Capai  Produksi Udang Budidaya 2 Juta Ton
Ketua Dewan Pakar Masyarakat Nusantara (MPN) Prof Rokhmin Dahuri (Foto: Istimewa)

MONITORDAY.COM -  Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Prof. Rokhmin Dahuri mengungkapkan sejumlah strategi untuk mencapai jumlah produksi udang budidaya di angka 2 juta ton di 2024. 

Untuk itu, perlu adanya skenario pembangunan industri budidaya udang terpadu yang dicanangkan dari 2021 hingga 2024. 

Hal ini disampaikan Prof Rokhmin di Shrimp Talk yang digelar oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) dan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Padjajaran, Senin (14/6/2021).

" Apresiasi kepada Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Wahyu Sakti Trenggono atas kehadirannya di forum ini, yang tentunya menambah banyak informasi seputar pembangunan industri budidaya udang," ucap Prof Rokhmin yang juga Guru Besar IPB.

Selanjutnya, Prof. Rokhmin mengatakan, perwujudan dari 2 juta ton itu harus menyiapkan sarana produksi berupa bibit & benur,  pakan, obat-obatan, pedal wheel dan antofeeder.

Selain itu, Prof Rokhmin juga menekankan pentingnya infrastruktur yang memadai seperti Irigasi Tambak, Jalan Akses, Listrik  dan Air Bersih.

Begitupun dengan manpower, yakni teknisi, manajemen, pekerja, teknisi, manajemen dan pekerja yang menjadi hal pentung untuk pembangunan industri budidaya udang terpadu.

Lalu, pendanaan yang tak kalah penting untuk pembiayaan bisa diambil dari APBN dan perbankan. 

Dan diperkuat dengan kebijakan dan regulasi untuk memastikan iklim investasi dan kemudahan berbisnis.

Penasehat Menteri KKP ini juga menjelaskan bahwa untuk Infrastruktur sendiri dibagi menjadi dua fokus utama yakni.

Pertama, ekstensifikasi berupa klaster terpadu berupa 500-2000, individu mandiri dari 5-20 Ha, perlu siapkan juga milenial shrimp estates dan pilot project KKP.

Kedua, revitalisasi di sejumlah daerah yang memiliki udang budidaya seperti di Pantura, NTP, Sulsel, Lampung, Sumut dan Aceh.

" Target produksinya dari tahun 2021: 1.100.000 ton, tahun 2022: 1.300.000, tahun 2023 bisa 1.600.000 ton dan tahun 2024 bisa di angka 2000.000 ton," ungkap Prof Rokhmin.

Dengan angka 2 juta ton, maka berimbas pada berkembangnya pabrik es, cold storage bertamabah, prcessing plant for added value product dan packaging.

Jika ini dilakukan dengan konsisten, maka pembangunan 2024 akan menghasilkan produksi 2 juta ton udang berdaya saing. 

Nilai Ekspor meningkat 250%, Net Profit >Rp 25 juta ha/bln, pendapatan Buruh Tambak > Rp 5 juta/bln. Yang terpenting lagi, bakal ramah lingkungan dan sustainable  

Kemudian, bagaimana strategi pembangunan 250% peningkatan nilai ekspor udang 2024. Tentunya sejumlah jurus jitu perlu diramu untuk mengkronkritkan proyeksi menuju 2024.

  1. Program Revitalisasi dan Ekstensifikasi (Pencetakan Tambak Baru) harus sesuai dengan RTRW yang benar dan syah.
  2. Intensitas budidaya udang tidak melampaui Daya Dukung Lingkungan pada tingkat mikro (unit kolam tambak) maupun tingkat kawasan (ekosistem DAS atau unit administrasi pemerintahan Kabupaten).
  3. Program Ekstensifikasi harus di luar lahan mangrove dan dikaksanakan secara ramah lingkungan.
  4. Program Revitalisasi dan Ekstensifikasi harus menerapkan: (1) economy of scale, (2) Integrated Supply and Value Chain Management System (hulu – hilir terpadu), (3) Best Aquaculture Practices), dan (4) prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development).

Syogyanya, Penguatan dan pengembangan industri pengolahan udang (UPI) juga jadi fokus utama, supaya komoditas maupun produk udang bernilai tambah – RI menjadi paling kompetitif di dunia (kualitas top, harga relatif murah, dan volume produksi memenuhi kebutuhan pasar setiap saat).

Prof Rokhmin juga menyoroti betapa pentingnya penguatan dan pengembangan pemasaran komoditas dan produk udang di pasar ekspor (global) maupun domestik.

Kemudian, penguatan dan pengembangan kemitraan yang saling menghormati dan menguntungkan antara pengusaha hatchery – pakan – petambak – supplier – processor (industri pengolahan) – pemasar (eksportir) (Indonesia Shrimp Incorporated) Untuk menjamin stabilitas pasokan dan harga udang yang menguntungkan NKRI. 

Terkahir, Prof Rokhmin juga menyampaikan bahwa Pemerintah menjamin ketersediaan management inputs (sarana produksi, infrasturktur, tenaga kerja, pendanaan, dan regulasi) yang kompetitif dan berkelanjutan.

"Penyediaan skim kredit perbankan khusus dengan persyaratan relatif lunak (dan suku bunga relatif rendah), seperti pada Program Sawit Nasional yang terbukti sukses. Penciptaan Iklim Investasi dan Kemudahan Berbisnis (perizinan, kepastian berusaha, keamanan berusaha, dan lainnya) yang kondusif," tandas Prof Rokhmin.