Prof Rokhmin Ungkap Inovasi Jadi Indikator Utama Majunya Suatu Bangsa

MONITORDAY.COM - Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Prof Rokhmin Dahuri menyebutkan bahwa Innovation-Driven Economy Jadi indikator kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa.
"Kemajuan bangsa itu ditentukan oleh seberapa masifnya inovasi. Jika tidak ada perubahan, maka tunggulah kehancurannya," ungkap Prof Rokhmin saat memberikan kuliah umum di Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (24/5/2021) dengan tema Implementasi MBKM Untuk Mendukung Pembangunan Ekonomi Berbasis Blue Growth Menuju NTB Yang Maju, Sejahtera, Mandiri dan diberkahi Tuhan Yang Maha Esa.
Prof Rokhmin kepada Monitorday.com, Selasa (25/5/2021) menjelaskan tentang materi yang disampaikannya saat di Unram.
"Dunia saat ini mengalami hyper interconnected yang ciri utamanya adalah free trade and competition, dimana inovasi adalah kunci untuk memenangi persaingan," sebut Prof Rokhmin.
Skor PISA
Lantas, darimana indikator suatu negara itu dikatakan sudah inovated (berinovasi). Prof Rokhmin mengacu ke data Peringkat Global Programme For International Student Assessment (PISA), tahun 2018 yang dengan jelas menempatkan Indonesia di peringkat ke 8 dibawah Thailand.
Skor PISA dilihat dari tingkat kecakapan matematika, Indonesia diberikan nilai 379, sains yakni 396, membaca dengan skor 371. Akumulasi nilai, rata-rata di angka 382 yang menempatkan Indonesia di peringkat 78 untuk tingkat Asia.
Riset yang bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked, dilakukan oleh Central Connecticut State University pada 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.
Beranjak dari data diatas, Prof Rokhmin ingin menegaskan bahwa data-data yang diungkapkan tidak bermaksud untuk memberikan catatan merah kepada Negara tapi gambaran ini menjadi pelajaran penting bagi setiap lemen bangsa untuk memiliki ikhtiar dan daya juang tinggi, agar segera melakukan lompatan tinggi.
Kemudian, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University pun menyoroti Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Indeks Alibaca) Nasional, tahun 2019.
Pada 2019, Indeks Alibaca Nasional termasuk di level rendah (37,32), dimana 9 provinsi masuk dalam level sedang (26%); 24 provinsi masuk level rendah (71%); dan 1 provinsi masuk level sangat rendah (3%) Indeks Alibaca tertinggi berada di Provinsi DKI Jakarta (58,16).
Lebih lanjut, Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia ini juga merujuk ke penilaian adopsi teknologi untuk peningkatan ekonomi dan efisiensi di berbagai bidang yang diukur dari faktor pengetahuan, teknologi, dan kesiapan adopsi teknologi untuk masa depan.
Pada 2019, Indonesia berada pada urutan ke-56 dari 63 negara untuk adopsi tekhnologi.
Bagaimana dengan Peringkat Indeks Inovasi Global, hingga 2020, Indonesia berada diurutan ke-85 dari 131 negara, atau peringkat ke-7 di ASEAN.
Untuk Produktivitas Tenaga Kerja di ASEAN, di tahun 2019, Indonesia berada di bawah Thailand.
Selain inovasi, Prof Rokhmin juga menyampaikan bahwa Standar Bank Dunia melaporkan bahwa indikator negara maju itu dilihat dari jumlah wirusahanya, minimal 7% dari jumlah penduduk. Singapura berada di angka 8 % dari jumlah penduduk. Artinya, kemajuannya sudah melebihi angka Standar Bank Dunia.
Indonesia hingga saat ini, berada di angka 3,1 persen dari 230 juta lebih penduduk.
Pada 2017-2019, indeks daya saing Indonesia semakin menurun, hingga 2019 diurutan ke-50 dari 141 negara, atau peringkat ke-4 di ASEAN
Implikasi dari data di atas, maka berimbas di rendahnya kualitas SDM, kapasitas riset, kreativitas, inovasi, dan entrepreneurship.
Proporsi ekspor produk manufaktur berteknologi dan bernilai tambah tinggi hanya 8,1%; selebihnya (91,9%) berupa komoditas (bahan mentah) atau SDA yang belum diolah. Sementara, Singapura mencapai 90%, Malaysia 52%, Vietnam 40%, dan Thailand 24%.
Selanjutnya, status dan tantangan pembangunan Provinsi NTB ini seperti apa?
Hingga September 2020, tingkat kemiskinan Provinsi NTB sebesar 14,2%. Artinya, tertinggi ke-8 dari 34 Provinsi di Indonesia.
Pada 2020, PDRB, NTB berada diurutan ke-23, sementara PDRB per kapita ke-32 dari 34 Provinsi di Indonesia. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menjadi penyumbang terbesar PDRB, disusul sektor Pertambangan dan Perdagangan.
Tentunya, pemerintah daerah perlu menganalisa pembangunan wilayah NTB.
Kinerja Pembangunan Wilayah
Pembangunan wilayah bertujuan untuk meningkatkan daya saing wilayah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan antarwilayah, serta memajukan kehidupan masyarakat. Pembangunan wilayah yang strategis dan berkualitas menjadi harapan setiap daerah di Indonesia.
Perkembangan Indikator Utama
Pembangunan wilayah selain meningkatkan daya saing wilayah juga mengupayakan keseimbangan pembangunan antar daerah sesuai dengan potensinya masing-masing. Perkembangan indikator utama dalam pembangunan wilayah meliputi pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran, dan pengurangan kemiskinan dapat menggambarkan capaian kinerja pembangunan wilayah secara umum.
Pertumbuhan Ekonomi
Nusa Tenggara Barat dengan keanekaragaman sumberdaya alam yang melimpah berpotensi untuk meningkatkan perekonomian wilayah ini. Kinerja perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) selama periode 2011-2014 cenderung menurun dengan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,4 persen, lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi nasional pada periode yang sama sebesar 5,9 persen.
Tantangan yang dihadapi pemerintah daerah adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
dan meningkatkan landasan ekonomi daerah yang memperluas kesempatan kerja dan mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Solusi inisiasi inovasi
Oleh karena itu, Prof Rokhmin menekankan akan perlunya cara menginisiasi Inovasi
Jangan takut gagal
Kegagalan harus jadi pelajaran untuk perbaikan melakukan inovasi ke depan. Inovasi tidak akan terjadi, tanpa risiko. Terobosan (inovasi) tidak akan terjadi; bila organisasi (pemerintah, swasta, industri, koperasi, lembaga pendidikan, dll) terus bermain aman (di comfort zone).
Civitas Academica harus diyakinkan bahwa kegagalan adalah bagian dari eksperimen yang harus dilalui, demi inovasi.
Perlu sumber daya, waktu, dan tempat berinovasi yang mencukupi dan tepat, serta SDM yang memiliki semangat (kekuatan) ‘growth mindset’.
Orientasi eksternal
Setiap Civitas Academica UNRAM perlu belajar dari realitas kehidupan di luar kampus: pemerintahan, industri (swasta), masyarakat, dan Perguruan Tinggi lain di dalam maupun luar negeri, terutama tentang kebutuhan IPTEK (inovasi).
Menerapkan ‘Design Thinking’. ‘It takes the right culture, mindset, and organizational design to enable bottom-up innovations, but then innovations need to be championed and funded from the top-down’.
Inovasi berpusat (berawal) dari lapangan (bottom-up), bukan di pucuk pimpinan.
Mengakhiri paparan akademisnya, Prof Rokhmin mengutip nasehat Imam al-Ghazzali bahwa Ilmu saja tanpa amal adalah gila, dan amal tanpa ilmu itu sesat dan sombong.
Begitupun dengan Manusia, pesan hadis dari HR. Ahmad bahwa manusia yang terbaik, adalah yang beriman dan paling banyak memberi manfaat kepada manusia yang lain.