Produktif di Masa Sulit, FKIP UMC Panen Hibah di Masa Pandemi
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Cirebon (FKIP UMC) justru mendulang banyak hibah dimasa pandemi.

MONITORDAY.COM - Kehadiran pandemi menjadi sulit untuk ditinggalkan karena tanda-tanda akan melandai pun belum menunjukan kurva penuruanan.
Akibatnya, tak jarang para pendidik, orang tua dan siapapun bakal menggerutkan dahinya dan berupaya membijaki keadaan sulit seperti saat ini.
Namun, dibalik nilai destruksi pandemi yang dirasakan, terdapat lesson learn (hikmah) yang mampu merubah persepsi bahwa setiap masalah pasti ada solusi.
" Mari kita rubah mindset kita bahwa setiap masalah itu ada solusi, justru pandemi inilah, kita harus membuat lompatan," ujar Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makasar, Erwin Akib, S. Pd., M. Pd., Ph. D kepada seluruh civitas akademika FKIP UMC yang mengikuti secara virtual Workshop Pembelajaran Kreatif dan Inovatif di Masa Pandemi Covid-19, Senin (5/10/2020).
Menurut Ewin, tujuan FKIP UMC menggelar Workshop ini adalah bagian dari bentuk ijtihad Perguruan Tunggi Muhammadiyah menghadirkan literasi produktif menyikapi problematika yang melanda seluruh dunia. Suka atau tidak, masalah ini harus dilalui.
Ewin mengapresiasi kinerja FKIP UMC yang justru mendulang banyak hibah dimasa pandemi ini. Informasi yang diperoleh dari Dekan FKIP UMC bahwa jumlah hibah selama tahun ini saja ada enam hibah bergengsi yang berhasil diraih.
Ada hibah kurikulum mbkm (merdeka belajar kampus merdeka, melibatkan 4 prodi), hibah PJJ (pembelajaran jarak jauh), hibah kmp ((kampus mengajar perintis, 13 mahasiswa terlibat mengajar di SD), hibah lesson study (3 dosen) hibah RPL dan hibah student exchange (4 mahasiswa).
Capaian ini merupakan komitmen bersama civitas akademika FKIP UMC untuk tetap berkontribusi mengembangkan riset dan inovasi.
Ewin pun mengakui jika kesuksesan FKIP UMC selama ini tak lepas dari inisiasi Rektor UMC, Prof Dr, Khairul Wachidin, Dekan FKIP UMC, Dr. Dewi Nurdiyanti, SST., M.Pd dan seluruh dosen FKIP yang gigih melakukan lompatan gemilang di masa pandemi ini.
Kunci sukses peroleh hibah
Lantas apa saja kesuksesan FKIP UMC sehingga mampu meraih banyak hibah dimasa pandemi ini. Rahasianya adalah implementasi pembelajaran kreatif dan inovatif yang dilakukan oleh seluruh dosen.
Harus diakui bahwa pengejawantahan pembelajaran kreatif dan inovatif di masa sulit saat ini harus menjadi fokus bersama.
Untuk konteks kampus dan target peserta didik milenial, tentu produk pembelajarannya harus lebih kekinian karena mahasiswa saat ini tahunya search, view and share.
Dalam penerapan metode belajar kreatif dan inovatif, berbagai strategi bisa dilakukan. Misalnya dengan melakukan role play untuk mentransfer pengetahuan, pemutaran film, main drama, bahkan main tebak-tebakan bisa menjadi pilihan. Melalui pemanfaatan multimedia dapat membuat peserta didik tidak mengalami kebosanan.
Apalagi dengan diiringi musik (instrumental) dengan volume tertentu, dapat merangsang otak untuk lebih aktif. Namun yang perlu juga dicatat bahwa pengguna media belajar harus relevan dengan materi ajar atau bahan ajar.
Dila Charisma (Kaprodi Bahasa Inggris) yang memoderatori kegaiatan itu pun mengamini strategi belajar seperti itu dapat mendorong minat dan semangat mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan jadi meningkat. Tingkat kehadiran mereka di kelas mencapai 95 persen. Dengan begitu, ketercapaian pembelajaran dan motivasi belajar semakin mudah dicapai.
Namun technology hanyalah alat bukan tujuan, perlu digaris bawahi jika sekedar ingin pintar, cukup banyak silaturahim dengan google. Tapi bukan itu tujuannya, ada pembentukan karakter yang tidak mungkin tergantikan dengan presensi dosen.
Mahasiswa butuh kehadiran dosen untuk melihat senyumannya dan sapaannya. Ini sangat sederhana, tapi perlu bahkan wajib.
Kesempatan yang sama, Sumliyah (Kaprodi Matematika) yang juga ikut mendampingi Dila Cahrisma, ikut bersuara bahwa e-learning yang sudah terbangun di UMC wajib digunakan sebagai upaya adaptasi digitalisasi. Apalagi pandemi ini belum melandai, banyak fasilitas media yang memungkinkan proses menyapa dari biasanya tatap muka ke platform digital, seperti zoom, goole meet dan whatsup group.
Diakhir paparannya, Ewin kembali mengutip pernyataan Aristoteles, "Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis." Artinya, menjalani pendidikan di masa pandemi ini layaknya kopi pahit, mau ditambah gula pun tetap pahit. Namun dibalik ini semua pasti ada hikmah yang sangat manis yang diberikan Yang Maha Kuasa. Misalnya hibah di FKIP UMC ini.
"Kita belum tahun kapan pandemi ini berkahir, namun sebaga pendidik di PT Muhammadiyah, kita terus berijtihad dengan berbagai pendekan. Juga berdoa kepada Allah SWT agar segera mengangkat musibah ini. Kita pun harus jaga kebersamaan dan menjadi sang surya dimanapun kita berada," pesan Ewin.
Acara yang didesain sangat interactive telah membuat seluruh peserta sangat antusias. Tidak hanya itu, mereka juga mengikuti paparan pemateri dengan seksama.