Akademisi UPI Luruskan Gagal Paham Makna Islam Radikal

MONITORDAY.COM - Isu radikalisme yang menimpa umat Islam cukup mencuat akhir-akhir ini.
Isu ini bahkan tak jarang menjadi stigma yang ditimpakan kepada sekelompok umat Islam yang bersemangat menjalankan ajaran agamanya.
Sayangnya belum ada kesepakatan mengenai batasan radikalisme yang berbahaya bagi umat dan bangsa.
Hal ini disebabkan makna radikalisme sendiri yang tidak tunggal.
Perihal polemik tersebut, Ketua Prodi PAI FPIPS UPI Aam Abdussalam setiap keyakinan dan ajaran mesti radikal dalam artian mengakar dan memiliki keyakinan yang kokoh. Artinya tidak ada yang salah dengan radikal dalam pengertian tersebut.
"Pada dasarnya semua ajaran itu radikal, dalam "mengakar". Artinya, bahwa semua ajaran mengakar pada sistem keyakinan yang kokoh. Tidak ada ajaran, sesederhana apa pun, seperti membuang krikil di jalan, yang tidak menghunjam pada sistem keyakinan. ", ujarnya kepada redaksi monitorday.com.
Aam menambahkan bahwa semakin radikal seorang muslim seharusnya dia semakin kokoh dan kuat keyakinannya. Hal ini berimplikasi dengan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam seperti lemah lembut, tidak menzalimi yang lain dan berbuat baik kepada orang lain.
"Semakin radikal keagamaan seseorang, artinya semakin kuat terkoneksi pada sistem keyakinan yg kokoh dan komorehensif, niscaya akan semakin lembut prilakunya. Kapan Allah mengizinkan seseorang bisa berbuat dzalim kepada orang lain. Tidak kita temukan dalam agama kecuali bimbingan pada kebenaran, kebaikan, kemuliaan, dan keindahan. Tentu dengan cara yang baik pula, bahkan yang lebih." tambahnya.
Ketua Umum Asosiasi Dosen Pendidikan Agama Islam Indonesia (ADPISI) tersebut juga menyoroti soal Peta Jalan Pendidikan yang sedang dirumuskan dan tidak ada frasa agama. Menurutnya frasa agama harus dieksplisitkan karena agama adalah ajaran yang membawa kebaikan.