Presiden Jokowi Dinilai Bersikap Tegas dan Konsisten dalam Konflik Palestina-Israel

Presiden Jokowi Dinilai Bersikap Tegas dan Konsisten dalam Konflik Palestina-Israel
Presiden Jokowi bersama ketum Balad Jokowi,M. Muchlas Rowi.

MONITORDAY.COM -  Konflik bersenjata antara Israel dengan Palestina di Jalur Gaza akhirnya berakhir, setelah tercapainya gencatan senjata antara kedua belah pihak. Meski begitu, konflik yang berlangsung sebelas hari terebut telah menyebabkan kehancuran dan korban jiwa yang tak sedikit.

Ketua Umum Balad Jokowi, Muhammad Muchlas Rowi, menyambut baik gencatan senjata kedua belah pihak serta mengapresiasi keputusan kedua negara untuk menghentikan kontak senjata sebagai upaya mengakhiri kekerasan di Wilayah Gaza.

“Bersyukur meski tetap sedih dan ringkih. Satu sisi karena tercapai kesepakatan gencatan senjata, namun sisi lain ada korban jiwa yang tak sedikit dan kehancuran yang luar biasa akibat perang beberapa hari saja. Terutama adanya korban sipil, dan hancurnya fasilitas umum seperti rumah sakit, masjid dan kantor beberapa media,” ujar Kang Awa, sapaan akrab Muchlas Rowi kepada monitorday.com di Jakarta, Sabtu (22/5).

Founder MMG ini juga mengapresiasi sikap tegas Presiden Jokowi seperti disampaikan Menlu Retno Marsudi di Sidang Majelis Umum PBB di New York, Kamis kemarin. Sikap ini menjawab tudingan sebagian orang soal sikap Jokowi yang lembek dalam kasus konflik Palestina-Israel.

“Presiden Jokowi melalui Menlu Retno di Sidang Majelis Umum PBB memperlihatkan sikap tegasnya soal konflik Palestina saat ini. Presiden Jokowi juga konsisten selama ini dengan tidak pernah mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel,”ujarnya.

Menurut Muchlas, ketegasan dan kekonsistenan inilah yang membuat Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh meminta Presiden Jokowi secara langsung melalui sambungan telepon untuk memobilisasi dukungan negara Islam dan internasional terhadap Palestina.

“Pemimpin Hamas sepertinya tahu siapa Presiden Jokowi. Sampai-sampai dia beranikan untuk menelpon langsung dan meminta Indonesia untuk membantu memobilisasi dukungan negara-negara Islam lainnya, bukan negara-negara tetangganya,” ujarnya.

Namun, meski ada gencatan senjata, Muchlas Rowi mengingatkan jika tugas berat justru ada di hadapan mata. Muchlas mengutip pernyataan akhir Menlu Retno di Sidang Majelis Umum PBB, untuk mengakhiri pendudukan Israel di Palestina.

“Tugas berat ada di hadapan mata saat ini, yakni memastikan keadilan untuk Palestina. Semua negara Islam harus bersatu melawan tindakan ilegal Israel dan mengakhiri kependudukan di Palestina,“ tuturnya.

Tugas selanjutnya juga menjadi lebih berat, kata Muchlas, karena melihat negara-negara Arab di sekitar Palestina sendiri yang seolah lepas tangan. Menurutnya, sikap tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan diantara mereka,” kata Muchlas.

Karena itu, kata Muchlas, gencatan senjata harus jadi momentum untuk mempersatukan Palestina, dan juga bangsa Arab di sekelilingnya. Atas nama kemanusiaan, Indonesia meski jauh tentu tak keberatan membantu Palestina. Tapi pertolongan pertama, mestinya dari tetangga sendiri. [ ]