PPP Ingatkan Parpol Religius untuk Adaptasi Agar Tidak Tergerus

Sejarah perpolitikan di Indonesia belum pernah terjadi penyebrangan dari pemilih nasionalis ke pemilih religius.

PPP Ingatkan Parpol Religius untuk Adaptasi Agar Tidak Tergerus
Istimewa

MONDAYREVIEW.COM – Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), M. Romahurmuziy mengungkapkan bahwa telah terjadi penyebrangan dari pemilih religius ke pemilih nasionalis.  Maka itu, Ia berharap partai politik berbasis religius harus melakukan adaptasi dan inovasi agar tidak tergerus.

Romi mengingatkan melihat sejarah perpolitikan di Indonesia belum pernah terjadi penyebrangan dari pemilih nasionalis ke pemilih religius. Bahkan yang saat ini terjadi sebaliknya.  

Lihat saja hasil pemilu 2014, partai nasionalis menang di daerah yang dulunya merupakan basis parpol religius, seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur,” katanya kepada awak media di Jakarta, Kamis (19/10).

Lebih lanjut, Ia menambahkan bahwa suara mengambang yang banyak diisi oleh kalangan muda juga sulit diharapkan. Pasalnya mereka ternyata juga bermigrasi dari religius ke nasionalis.

Politisi PPP ini mengungkapkan bahwa suara partai religius dari tahun ke tahun semakin menyusut. Ia menjelaskan pada Pemilu 1955 jumlah pemilih religius adalah 43 persen yang terdiri atas Masyumi dan Nahdlatul Ulama. Namun saat ini, pemilih religius hanya berjumlah 31 persen.

“Itu pun terdiri dari PPP, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Bulan Bintang,” imbuhnya.

Maka itu, Ia mengajak seluruh partai berbasis religius untuk beradaptasi dengan perubahan zaman dan perilaku pemilih. Jika tidak maka pada pemilu 2019 Romi memprediksi parpol berbasis religius akan saling memakan pangsa pemilihnya. Dan Ini menjadi pun menjadi persoalan besar bagi PPP yang harus berebut kue yang sedikit. "Saat ini, perolehan suara partai nasionalis hampir mencapai 70 persen. Dan saya melihat migrasi massih berlangsung di antara pemilih religius,” ujarnya.