PLTS Atap Dukung Efisiensi UMKM

MONITORDAY.COM - Biaya untuk pengadaan energi yang harus dikeluarkan Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di beberapa sub-sektor usaha relatif besar. Berbagai inisiatif untuk mengatasi hal inipun mulai menemukan wujud nyata di tahun ini. Seperti langkah yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap untuk pelaku usaha UMKM dan Pondok Pesantren.
Terhitung sejak tahun 2009 yang lalu, harga dan biaya untuk listrik yang menggunakan tenaga surya telah merosot tajam sebesar 62 persen. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala Analisis Tenaga Surya dari New Energy Finance, Jenny Chase yang memprediksi bahwa nantinya di tahun 2025, biaya yang dibutuhkan untuk membuat sebuah pembangkit listrik bertenagakan matahari hanya sekitar 73 sen per watt nya. Cukup jauh merosot bila dibandingkan dengan US$ 1.14 di masa sekarang ini.
Sementara itu, Bloomberg New Energy Finance juga menyatakan hal serupa, bahwa tenaga surya di beberapa tahun kedepan bisa lebih murah dibandingkan dengan batubara. Ini pula yang mendasari semakin rendahnya premi resiko untuk sebuah pinjaman bank, sehingga fenomena ini dapat memicu kapasitas produksi beberapa wilayah dan negara.
Untuk Indonesia sendiri teknologi listrik menggunakan panel surya masih harus mengimpor dari berbagai negara. Padahal, Pemerintah Indonesia sendiri telah mencanangkan program bauran energi baru terbarukan untuk pembangkit listrik yang ada di Indonesia sebesar 23 persen di tahun 2025 nantinya.
Seperti yang kita ketahui, bahwa untuk negara yang berada di kawasan Khatulistiwa, pemanfaatan tenaga surya bisa menjadi sebuah sumber energi alternatif yang sangat bersih. Karena itulah, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mencanangkan tambahan daya listrik sebesar 539,76 Megawatt yang berasal dari sumber energi baru dan terbarukan di tahun 2017 ini.
Pembangkit listrik tenaga surya atau disingkat PLTS adalah pembangkit listrik yang mengubah energi surya menjadi energi listrik. Pembangkitan listrik bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung menggunakan fotovoltaik dan secara tidak langsung dengan pemusatan energi surya.
Fotovoltaik mengubah secara langsung energi cahaya menjadi listrik menggunakan efek fotoelektrik. Pemusatan energi surya menggunakan sistem lensa atau cermin dikombinasikan dengan sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari ke satu titik untuk menggerakan mesin kalor.
Sistem pemusatan energi surya (concentrated solar power, CSP) menggunakan lensa atau cermin dan sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari dari luasan area tertentu ke satu titik. Panas yang terkonsentrasikan lalu digunakan sebagai sumber panas untuk pembangkitan listrik biasa yang memanfaatkan panas untuk menggerakkan generator.
Sistem cermin parabola, lensa reflektor Fresnel, dan menara surya adalah teknologi yang paling banyak digunakan. Fluida kerja yang dipanaskan bisa digunakan untuk menggerakan generator (turbin uap konvensional hingga mesin Stirling) atau menjadi media penyimpan panas.
Tahun 2021 ini Pemprov akan bantu PLTS untuk UMKM yang produksinya siang hari agar produksi barang kerajinan, jasa, makanan dan minuman di siang hari dengan input energi yang gratis. Demikian kata Kepala Dinas Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko dalam Webinar Central Java Solar Day, Jakarta, Selasa (16/2).
Pengembangan PLTS Atap juga akan dilakukan di pondok pesantren, area publik dan sekolah. Sasaran lokasi ini karena lebih banyak menggunakan energi listrik di siang hari. PLTS Atap juga akan dikembangkan di area publik, baik di kabupaten atau kota. Sehingga pusat kegiatan masyarakat bisa menikmati listrik cuma-cuma dari pemasangan PLTS Atap untuk mendukung spot free charging di kabupaten kota tapi mereka bisa sambil belajar juga.