Pertamina Komitmen Wujudkan Ekonomi Hijau

MONITORDAY.COM - PT Pertamina (Persero) berkomitmen dalam transisi energi menuju energi baru terbarukan (EBT). Hal ini dilaksanakan melalui tiga program prioritas sebagai bagian dari implementasi transisi energi sekaligus ekonomi hijau.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengungkapkan program tersebut dilaksanakan mengingat saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan untuk mengatasi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit) akibat masih tingginya impor energi.
"Di sisi lain Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya domestik besar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku energi," kata Nicke, dalam siaran pers yang diterima redaksi, Selasa (18/5/2021).
Program tersebut antara lain, pertama, yakni penurunan impor BBM jenis Solar, melalui implementasi Biodiesel B20 sejak sejak 2016 dan dilanjutkan dengan B30 pada 2019.
“Dengan program ini, Pertamina telah berhasil mengurangi impor solar secara signifikan. Bahkan mulai April 2019, Pertamina sudah tidak lagi mengimpor BBM jenis solar,” ungkap Nicke.
Program kedua, kata Nicke, untuk pengurangan ketergantungan pada impor LPG, Pertamina menjalankan proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) yang akan menggantikan penggunaan LPG di dalam negeri.
“Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan batu bara terbesar berpeluang baik untuk melakukan gasifikasi batu bara menjadi DME. Kami yakin dengan pengembangan DME ini dapat mencapai target pemerintah untuk bebas impor LPG pada 2027,” lanjut dia.
Kemudian program ketiga yaitu penurunan impor BBM jenis Gasoline, Pertamina akan mencampur Methanol dan Ethanol dengan Gasoline.
"Methanol dapat diproduksi dari natural gas ataupun gasifikasi batu bara, dan Ethanol pun dapat diproduksi dari gasifikasi batu bara ataupun sumber bio-etanol lainnya," jelas Nicke.
Nicke menegaskan, dalam rangka menjamin keberlangsungan dari lini bisnis yang ada dan mengatasi isu lingkungan dari gasifikasi batu bara ini, secara bersamaan Pertamina juga menerapkan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).
"Penerapan teknologi ini dilakukan untuk menekan emisi karbon dan sebagai bagian dari upaya Enhance Oil and Gas Recovery di sumur-sumur Pertamina untuk meningkatkan produksi migas negara," ungkap Nicke.
Selain itu, Pertamina juga menjajaki potensi kerjasama dengan Exxonmobil dan sedang melakukan kerjasama study CO2 injection di lapangan eksplorasi Gundih dan di lapangan eksplorasi Sukowati berkolaborasi dengan beberapa partner lainnya.
“Melalui pemanfaatan carbon capture yang terintegrasi dengan proyek DME, Pertamina yakin dapat menekan emisi karbon hingga 45 persen,” tandasnya.