Peringati 60 Tahun Diplomatik Ethiopia-Indonesia, Ini Pesan Dubes Admasu Tsegaye

MONITORDAY.COM - Kedutaan Besar Ethiopia untuk Indonesia, mengakui jika Ethiopia atau yang dikenal dengan Land of Origin ini telah menjalin hubunagn baik dengan Indonesia sudah beberapa dekade terakhir.
Bahkan sejarah mencatat, hubungan Kedua Negara dimulai antara lain dengan keikutsertaan delegasi Ethiopia pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 dan kerjasama dalam forum multilateral termasuk Gerakan Non-Blok (GNB).
Hal ini disampaikan Duta Besar Ethiopia untuk Indonesia, Prof. Admasu Tsegaye di peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Ethiopia-Indonesia di Kedutaan Ethiopia Jakarta , Sabtu (18/6/2021) yang juga dihadiri oleh Kasubdit Afrika II Kementerian Luar Negeri, Evita Chaesara.
Di momen spesial ini, Prof. Admasu Tsegaye memberikan cindieramata kepada Kemenlu RI yang selama ini menjadi mitra yang strategis bagi Ethiopia.
Prof. Admasu Tsegaye menyampaikan bahwa peringatan hubungan diplomatik tahun ini terasa beda, sudah di tahun kedua perayaannya masih di masa pandemi.
Kendati demikian, pandemi tidak boleh membuat semangat persahabatan menjadi berkurang, justru ini menjadi momentum tepat untuk memperkokoh hubungan diplomatik yang sudah terjalin sejak 1961 silam. Artinya, sudah 60 tahun ini hubungan kedua negara berjalan apik.
Prof. Admasu Tsegaye kemudian melontarkan pertanyaan penting kepada para tamu undangan, "apa yang mesti kita lakukan dengan terjalinnya hubungan 60 tahun ini"
"Masa depan adalah apa yang kita buat hari ini," pesan Prof, Admasu Tsegaye kepada peserta didominasi oleh Kaum Milenial.
Prof. Admasu Tsegaye meyakini jika masa depan kedua negara sangat baik jika dilihat dari capaian-capaian saat ini.
Ethiopia dan Indonesia memiliki potensi besar yang perlu dimaksimalkan kedua negara di bidang perdagangan, investasi, dan pariwisata.
"Kita harus melanjutkan pertukaran kunjungan tingkat tinggi kedua negara untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, mengeksplorasi, mengidentifikasi, dan melaksanakan kerja sama konkrit," imbuh Prof.Admasu Tsegaye.
Sejauh ini kata Prof. Admasu Tsegaye, Negaranya mencatat pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 11% selama 15 tahun terakhir berturut-turut.
Pertumbuhan ini didorong oleh investasi pemerintah di bidang infrastruktur, serta kemajuan berkelanjutan di sektor pertanian dan jasa.
Lebih dari 70% penduduk Ethiopia masih bekerja di sektor pertanian, tetapi sektor jasa saat ini lebih mendominasi bahkan melampaui pertanian sebagai sumber utama PDB.
Ethiopia memiliki tingkat ketimpangan pendapatan terendah di Afrika dan salah satu yang terendah di dunia. Proyek infrastruktur yang sedang berlangsung meliputi produksi dan distribusi listrik, jalan, rel, bandara dan kawasan industri.
Sejak 2018 agenda reformasi ekonomi mengarahkan sektor-sektor yang sebelumnya milik negara termasuk telekomunikasi dan lainnya untuk meliberalisasi sebagian.
Hubungan perdagangan dan investasi antara Ethiopia dan Indonesia telah berkembang secara substansial selama beberapa tahun terakhir.
Namun, hubungan ekonomi kedua negara harus diperkuat dari statusnya saat ini yang tidak mencerminkan potensi sebenarnya dari kedua negara.
Untuk itu, terutama harus ada upaya bersama di tingkat pemerintah (G2G) untuk mendorong peningkatan perdagangan dan pertukaran investasi antara kedua negara.
Ethiopia memiliki pasar domestik yang besar dengan lebih dari 115 juta orang menjadikannya negara terpadat kedua di Afrika setelah Nigeria dengan sumber daya alam yang kaya, keanekaragaman hayati ekologis yang beragam, dan lokasi yang strategis di persimpangan antara Afrika, Timur Tengah, dan Eropa.
Meskipun Ethiopia memiliki sumber daya alam dan komoditas, namun belum aktif dalam perdagangan internasional.
Namun, baru-baru ini Pemerintah Ethiopia menyadari pentingnya perdagangan internasional mulai membuka perdagangannya melalui rencana pembangunan nasional yang dijuluki “Agenda Reformasi Ekonomi yang Ditumbuhkan Dalam Negeri” yang merampingkan birokrasi, deregulasi perdagangan, modernisasi fasilitas logistik perdagangan, meningkatkan produktivitas; digitalisasi sistem perizinan dan pendaftaran usaha sedang mengalami reformasi untuk meningkatkan perdagangan.
Perlu diketahui, pada tahun 1964, Pemerintah Republik Indonesia mendirikan Kedutaan Besarnya di Addis Ababa. Di sisi lain, Pemerintah Republik Demokratik Federal Ethiopia mendirikan Kedutaan Besarnya di Jakarta pada tahun 2016.
Indonesia adalah satu-satunya negara ASEAN yang memiliki Kedutaan Besar tetap di ibu kota Afrika, Addis Ababa dan demikian pula Kedutaan Besar Ethiopia di Indonesia adalah satu-satunya di negara-negara ASEAN.
Negara ini juga memiliki maskapai kebanggan yakni Ethiopian Airlines, yang mana penerbangan maskapainya akan terus meningkatkan konektivitas dan hubungan antar masyarakat antara Indonesia dan Ethiopia, dan Afrika pada umumnya.
Maskapai dengan berbagai tantangannya berupaya untuk lebih memperluas konektivitasnya dan meminta pemerintah Indonesia untuk terus mendukung Maskapai sebagai satu-satunya kurir Afrika yang menghubungkan Afrika dengan Indonesia.
Sebagai penutup,Prof. Admasu Tsegaye mengajak peserta ke ekspo room, menunjukan beragam foto kegiatan yang telah dilakukan oleh Kedutaan Ethiopia di Indonesia. Tak lupa, Ia pun mengajak seluruh peserta dengan berswafoto bersama.