Peringati 30 Tahun Asean-China, Menlu Ungkap 3 Isu Penting

MONITORDAY.COM - Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, mengatakan dirinya mengangkat tiga poin isu penting dalam konteks perdamaian dan stabilitas kawasan di peringatan 30 tahun hubungan kemitraan ASEAN dan China.
“Yang pertama mengenai masalah Myanmar. Saya sampaikan kembali bahwa keselamatan dan kesejahteraan masyarakat Myanmar serta pemulihan demokrasi harus menjadi prioritas utama kita,” kata Menlu dalam konferensi pers yang dipantau dari Jakarta, Senin (7/6/2021).
Menlu Retno mengajak pemimpin negara-negara ASEAN dan China agar menjalankan 5 poin penting yang telah disepakatai pada 24 April lalu.
“Dukungan China kepada ASEAN guna menindaklanjuti five point of consensus akan sangat dihargai, karena hal ini akan memberikan kontribusi bagi upaya mencapai solusi damai atas krisis yang terjadi,” ujar Menlu Retno.
Menlu Retno juga menekankan pada Indo-Pasifik yang dinamika geopolitiknya cukup berkembang. Tentunya, setiap negara wajib menjaga kawasan agar tetap stabil, damai, dan sejahtera.
Dia menggarisbawahi pentingnya terus mendorong upaya berdialog alih-alih membiarkan persaingan mengalir, untuk terus membangun kepercayaan strategis dan kerja sama konkret yang saling menguntungkan, sejalan dengan konsep ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.
Adapun isu ketiga yang diangkat oleh Menlu adalah terkait Laut China Selatan (LCS). Menurut dia, kemampuan semua pihak untuk mengelola LCS akan menjadi ujian bagi hubungan ASEAN dan China.
Kemampuan tersebut pun juga dapat memperkuat kemitraan kedua pihak yang setara, saling menguntungkan, dan sangat diperlukan bagi perdamaian dan stabilitas global, tambahnya.
Oleh karena itu, Ia mengharapkan ASEAN dan China harus segera melanjutkan pembahasan Code of Conduct (CoC) yang kemajuannya terbilang lambat saat ini.
Menlu juga menyatakan kesiapan Indonesia untuk menjadi tuan rumah bagi pertemuan negosiasi CoC di Jakarta dalam waktu dekat.
“Indonesia juga mendorong agar semua pihak terus mematuhi pelaksanaan Declaration of Conduct (DoC), termasuk menahan diri,” ujarnya.
Pentingnya memulai kembali perundingan CoC di Laut China Selatan, yang sempat terhenti selama setahun terakhir akibat pandemi COVID-19, serta penyelesaian krisis politik di Myanmar juga ditekankan oleh Menlu Retno dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, yang dilakukan dalam perjalanan tersebut.