Penerapan PSBB Total, Pakar Kesehatan: Cukup Efektif Mengontrol
Dahulu waktu diterapkan PSBB, enggak dilonggarkan, cukup efektif mengontrol. Setelah dilonggarkan menjadi meningkat. Jadi memang harus diperketat.

MONITORDAY.COM - Pakar kesehatan masyarakat, Prof. dr. Hasbullah Thabrany menilai penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara ketat akan efektif mengendalikan penyebaran kasus COVID-19 di dalam masyarakat.
"Dahulu waktu diterapkan PSBB, enggak dilonggarkan, cukup efektif mengontrol. Setelah dilonggarkan menjadi meningkat. Jadi memang harus diperketat," kata Hasbullah dilansir ANTARA, Kamis (10/9).
Hal itu ia sampaikan untuk menanggapi rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk kembali menerapkan PSBB secara total guna mengendalikan lonjakan kasus COVID-19 yang terus berlangsung di tengah masyarakat.
Selain itu, ia mengakui bahwa dampak ekonomi dari rencana pengetatan PSBB pasti akan terjadi.
Menurut Hasbullah, pemerintah memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk mengutamakan kesehatan masyarakat di atas kepentingan lain.
Sehingga dengan memprioritaskan kesehatan masyarakat tersebut, ia berharap pemulihan ekonomi juga dapat lebih cepat dilakukan.
"Jangan sampai karena ada orang-orang yang kepentingan bisnisnya tidak mau terganggu, kemudian mereka mendesak pemerintah untuk tidak menjalankan PSBB yang ketat," ucapnya.
Sedangkan jika ada orang-orang yang tidak menyetujui penerapan PSBB secara ketat, maka seharusnya orang-orang tersebut turut bertanggung jawab atas dampak lonjakan kasus COVID-19.
"Jadi boleh (dilonggarkan) asal dia berani tanggung jawab, bayar itu kalau ada yang sakit (akibat COVID-19)," tegasnya.
"Jadi setiap langkah kita, apapun yang kita lakukan, kalau langkah kita akan mengganggu ketenangan atau membuat orang lain menjadi korban atau menderita, maka kita harus tanggung jawab. Prinsip dasarnya itu saja yang harus dipakai," tambahnya.
Kemudian, selain mendukung rencana PSBB total di DKI, ia juga menyarankan agar DKI memberlakukan jam malam untuk membatasi kegiatan masyarakat di luar rumah pada malam hari.
"Menurut saya memang DKI harus bikin jam malam, jam 7 malam sampe jam 5 pagi enggak boleh keluar. Karena bisa jadi itu orang pada malam-malam keluar, pada merokok. Kalau sudah merokok kan susah pakai masker. Dan kalau sudah merokok pasti dia pada ngobrol-ngobrol, karena jarang orang merokok sendirian. Nah, itu adalah bagian yang mempermudah terjadinya penularan," demikian Hasbullah.